LAMPUNG TIMUR — Dua siswi kelas XI SMAN 1 Pasir Sakti, Aizin dan Naura, tewas mengenaskan dalam kecelakaan beruntun di Jalan Lintas Pantai Timur Sumatra, kawasan Pasar Templek, Desa Karyatani, Labuhan Maringgai, Rabu (26/11/2025) pukul 07.15 WIB.
Jalan yang setiap hari berubah menjadi “pasar-plus-jalur-nasional” itu kembali menelan korban dan menjadi kejadian tragis diakhir November ini.
Keduanya meninggal di tempat akibat luka berat di kepala. Salah satu korban bahkan terlindas truk Fuso setelah motor Honda Beat yang mereka kendarai oleng saat menyalip di tengah kepadatan pasar.
Saksi mata, Junaidi (35), menyebut motor korban melaju kencang meski kondisi jalan semrawut.
“Pas nyalip itu oleng, kesenggol mobil hijau yang lewat. Mobilnya langsung kabur, nggak ada berhentinya. Beberapa detik kemudian truk Fuso datang, ya sudah…” ujarnya.
Truk Fuso Mitsubishi yang dikemudikan Suyitno (42) tidak sempat mengerem karena arus kendaraan padat dan jarak terlalu dekat. Sopir kini telah diamankan polisi untuk pemeriksaan lanjutan.
“Saya injak rem pun percuma, jalan ramai sekali, takut malah nabrak orang lain,” katanya.
Kepala Desa Bandar Negeri, Triono, membenarkan kedua korban adalah warganya. “Setelah visum, langsung dimakamkan. Lukanya parah sekali,” ujarnya singkat.
Sementara itu, mobil hijau yang diduga memicu kecelakaan masih misterius. Bukannya berhenti, kendaraan tersebut memilih menambah gas dan hilang dari lokasi sebuah kebiasaan lama di banyak jalan Indonesia, di mana tanggung jawab kerap dianggap opsional seperti lampu sein.
Polsek Labuhan Maringgai dan Satlantas Polres Lampung Timur kini sedang mencari rekaman CCTV serta saksi tambahan untuk mengejar pelaku tabrak-lari.
Di tengah tragedi ini, warga kembali mempertanyakan apakah jalur nasional yang berubah menjadi pasar tumpah setiap pagi memang harus terus bergantung pada “keberuntungan” penggunanya.
Karena di Pasar Templek, jalan raya tampaknya masih menjadi tempat di mana pejalan kaki, pedagang, sepeda motor, truk Fuso, dan kendaraan misterius warna hijau bersaing memperebutkan ruang hidup—secara harfiah.***













