LAMPUNG TIMUR – Kalau biasanya emak-emak sibuk bikin opor atau rebutan kursi arisan, kali ini Fatayat NU Ranting Desa Gunung Sugih Besar, Kecamatan Sekampung Udik, justru tampil beda.
Dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia, mereka bukan hanya mengibarkan bendera merah putih, tapi juga bikin konten kreatif bertema “Perjuangan Kemerdekaan”.
Video pendek itu kemudian diunggah ke Instagram dan Facebook. Jangan salah, walau baru “reorganisasi” alias baru ganti pengurus, ternyata mereka cukup melek digital. Jadi kalau ada yang masih menganggap emak-emak NU hanya jago yasinan, siap-siap tercyduk, sekarang mereka juga jago bikin reels.
“Ini bagian dari usaha kami melestarikan nilai kemerdekaan dan budaya lokal,” ujar Suminah, sekretaris Fatayat NU Gunung Sugih Besar, sembari menegaskan kalau perjuangan tak hanya melawan penjajah, tapi juga melawan sinyal lemot saat upload video, Sabtu 16 Agustus 2025.
Desa Tua, Semangat Baru
Gunung Sugih Besar dikenal sebagai desa tua dengan adat Lampung yang masih kental. Tapi meski tua, semangatnya tidak ikut-ikutan pensiun. Usai restrukturisasi kepengurusan, Fatayat NU di bawah komando ketua barunya, Merli CP, langsung tancap gas.
Mulai dari pengajian Ahad Wage di Masjid Al-Barokah, rutinan tahlil keliling mushola, hingga kegiatan sosial yang lebih sering menguras keringat ketimbang saldo rekening.
“Harapannya warga tahu kalau Fatayat sudah aktif lagi. Kalau ada yang mau gabung, ayo bareng-bareng jadi wanita berkarakter, beriman, mandiri, dan tentu saja tetap bermoral,” tegas Merli.
Dari Pengajian ke Kamera Ponsel
Fatayat NU Gunung Sugih Besar seakan ingin membuktikan bahwa mereka bukan cuma komunitas “pengajian emak-emak biasa.” Dengan kreatif bikin video perjuangan, mereka seolah ingin berkata: kemerdekaan itu bukan hanya diingat lewat lomba makan kerupuk, tapi juga lewat kreativitas yang relevan dengan zaman.
Kalau Bung Karno dulu pakai bambu runcing, Fatayat Gunung Sugih Besar kini pakai tripod. Kalau dulu rakyat berjuang lewat pertempuran, sekarang emak-emak ini berjuang melawan algoritma media sosial.
Dan kalau dulu para pahlawan meneriakkan “Merdeka!”, kini emak-emak NU Gunung Sugih Besar meneriakkan, “Jangan lupa like, komen, dan subscribe!”***