Scroll untuk baca artikel
Zona Bekasi

Gaji Honorer Puskesmas Bekasi Disunat: 21 Tahun Setia, Dibayar dengan Dalih dan Parkiran

×

Gaji Honorer Puskesmas Bekasi Disunat: 21 Tahun Setia, Dibayar dengan Dalih dan Parkiran

Sebarkan artikel ini

KOTA BEKASI – Di Kota Bekasi, tempat jargon “Maju, Sejahtera, Ihsan” sering digembar-gemborkan, ternyata ada pegawai honorer yang gajinya justru lebih sering “dipotong” daripada “diterima utuh”. Kasus pemotongan gaji honorer di Puskesmas Teluk Pucung jadi bukti bahwa kadang yang dipotong bukan hanya rambut di barbershop, tapi juga hak hidup orang kecil.

Adalah M Husin, pegawai honorer yang disebut-sebut sebagai tukang parkir puskesmas. Bukan sehari dua hari, melainkan 21 tahun setia menjaga pintu masuk motor. Tapi nasibnya seperti parkiran juga: penuh, sesak, dan sempit.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Kasus ini mencuat setelah video viral di TikTok. Seorang perempuan anak M Husin, curhat getir:

“Bapak saya sudah kerja 21 tahun, harusnya gajinya Rp3 juta, tapi cuma dapat Rp1,2 juta. Katanya Rp1,8 juta setor ke pusat. Dua bulan terakhir malah nggak gajian sama sekali. ATM gaji pun bukan bapak saya yang pegang. PIN-nya entah di mana. Tiap bulan ada penarikan jutaan, tapi uangnya entah ke mana.”

Kalau di film, ini bisa masuk kategori thriller finansial, tapi di dunia nyata, lebih tepat disebut komedi gelap Bekasi.

Setelah viral, Wali Kota Bekasi Tri Adhianto dan Kadiskes pun buru-buru turun ke lokasi. Kepala Puskesmas Teluk Pucung, Chairul Inda, tak menampik ada pemotongan gaji. Bedanya, ia mengklaim potongan itu sekarang sudah tidak ada lagi.

“Uangnya disimpan di sini semua,” katanya. Sayangnya, “sini” itu tidak jelas: apakah di laci meja, di dompet pribadi, atau di celengan ayam. Publik dibiarkan menebak-nebak seperti kuis berhadiah.

Chairul juga membela diri, menyebut M Husin bukan tukang parkir, melainkan honorer penjaga puskesmas. Tugasnya menjaga pegawai yang jaga malam. Namun, karena dinilai “tidak maksimal”, gajinya dipotong. Logika ini kalau dipakai luas, bisa jadi rakyat yang malas tidur cepat juga bakal dipotong tunjangan hari rayanya.

Soal uang parkir, Chairul malah blak-blakan, memang ada sistem 50:50 dengan Dishub Kota Bekasi lewat MoU resmi dengan Dishub Kota Bekasi. Kalau yang ini jelas, ada pembagian. Urusannya rapi.

Namun ironisnya 50 persen yang katanya untuk Pemkot Bekasi melalui Dishub dipotong lagi 50:50 dengan Puskesmas Teluk Pucung.

Lucunya, pembagian rezeki parkir lebih transparan dibanding gaji honorer. Seolah-olah motor lebih dihargai daripada manusia.

Kasus ini mengingatkan kita bahwa di negeri ini, kata “potongan” punya banyak makna. Ada potongan gaji, potongan parkir, sampai potongan dalih birokrasi. Semua dipoles rapi dengan kalimat: “Sudah dijelaskan, sejelas-jelasnya.”

Padahal yang paling jelas justru nasib M Husin: 21 tahun mengabdi, tapi digaji seperti “pengisi saldo parkiran liar”, bukan pegawai puskesmas.

Bekasi memang terus berkembang, tapi jangan sampai warga kecil justru jadi korban “pemotongan beruntun”. Kalau parkiran bisa diatur dengan MOU, seharusnya gaji honorer bisa diatur dengan hati nurani, bukan kalkulator pemotongan.***

SHARE DISINI!