WAWAINEWS.ID – Beberapa hari lalu, rakyat Indonesia sudah memberi “teguran keras” ke DPR, tolonglah sadar, kalian itu wakil rakyat, bukan musuh rakyat. DPR seharusnya jadi sahabat diskusi, bukan jadi satpam yang selalu curiga setiap ada kritik.
Nah, kalau DPR saja kena koreksi, giliran BUMN juga jangan dibiarkan tenang-tenang saja. Lembaga ini sering jadi sorotan publik, bahkan Presiden Prabowo Subianto sendiri sudah pasang radar.
Saya masih ingat betul pernyataan Prabowo yang ingin menata ulang BUMN. Intinya sederhana tapi penting. Direksi dan Komisaris harus diangkat karena kompetensi, bukan karena kedekatan. Kalau kata anak sekarang, “jangan lagi deh jadi perusahaan keluarga besar tempat nitipin saudara, ponakan, atau kawan separtai.”
BUMN itu aset negara, bukan warisan nenek moyang. Jadi, kalau masih ada direksi yang mengelola perusahaan seolah itu start-up keluarga, ya mohon maaf, siap-siap dicoret.
Profesional, Bukan Karena “Kenal Dekat”
Prabowo sudah berkali-kali mengkritik cara lama, orang bisa duduk di kursi empuk direksi hanya karena satu almamater, satu daerah, atau satu partai. Bahkan kadang, alasannya cuma karena teman satu tongkrongan waktu kuliah di luar negeri.
Padahal yang dibutuhkan BUMN itu direksi dengan kemampuan nyata, punya sertifikasi K3, paham risk management, dan menguasai bidang bisnis perusahaan. Kalau syaratnya cuma “pernah sekolah di luar negeri”, ya kasihan dong orang-orang yang sudah puluhan tahun ngulik di dalam negeri.
Waktunya “Bersih-Bersih”
Sebaiknya, Presiden Prabowo berani ambil langkah besar, ganti semua direksi BUMN dengan orang yang bener-bener profesional. Jangan lagi ada kursi direksi jadi hadiah politik atau ajang “balas budi.”
Kalau DPR bisa kena kritik habis-habisan sampai rakyat turun ke jalan, jangan tunggu BUMN juga diperlakukan sama. Lebih baik bersih-bersih sekarang, sebelum keburu dibersihkan oleh amarah rakyat.
Bayangkan kalau BUMN masih dipimpin orang yang diangkat hanya karena koneksi, bukan kompetensi. Yang ada, rapat direksi lebih mirip arisan keluarga besar: penuh basa-basi, banyak janji manis, tapi kas kosong makin tipis.
Maka, demi menyelamatkan BUMN dari jadi “warung serba-serbi keluarga”, kita tunggu langkah tegas Presiden Prabowo. Karena rakyat tidak butuh direksi yang pandai selfie di ruang rapat, tapi direksi yang bisa bikin BUMN sehat dan cuan.
Fernando Emas
Direktur Rumah Politik Indonesia. ***