Lampung

Genjot Produksi King Kobia, Penuhi Pasar Ekspor

×

Genjot Produksi King Kobia, Penuhi Pasar Ekspor

Sebarkan artikel ini

LAMPUNG – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mempersiapkan upaya-upaya untuk mempercepat pengembangan budidaya ikan Kobia di masyarakat.

Hal tersebut  guna merespon permintaan pasar yang diprediksi akan meningkat baik untuk suplai domestik maupun ekspor.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Untuk merealisaaikan hal tersebut, tahun ini KKP berencana untuk mengembangkan komoditas baru ini di tiga wilayah yakni Kepulauan Seribu, Lampung, dan Kepulauan Riau.

Demikian kesimpulan dari kegiatan diskusi yang digelar secara virtual hari Kamis (25/6) yang digagas atas kerjasama Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung dengan Universitas Lampung. Kegiatan diskusi virtual ini mengusung tema “King Kobia Harta Terpendam Akuakultur Indonesia”.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo dalam arahannya saat membuka kegiatan tersebut mengatakan bahwa budidaya laut memiliki potensi ekonomi yang besar, meski demikian pemanfaatannya hingga saat ini masih dibawah 10%.

BACA JUGA :  Kasus Kematian Akibat COVID-19 di Lampung Tembus 3.447

Oleh karenanya, ia berharap komoditas ikan Kobia dapat dikembangkan untuk mendorong kontribusi bagi ekonomi masyarakat dan devisa ekspor.

“Ikan Kobia dengan berbagai keunggulannya punya potensi besar untuk dikembangkan,”ujarnya.

KKP akan berupaya untuk mendorong bagaimana membangun pasarnya. Ia berharap nanti budidaya ikan Kobia ini juga memberikan multiplier effect terhadap bisnis ikutan yang bisa berkembang di masyarakat mulai perbenihan, sarana prasarana produksi dan usaha lainnya.

“Secara khusus saya juga menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan kegiatan ini, ini bukti kolaborasi antara Pemerintah dan Perguruan Tinggi dan saya berharap nanti ada terobosan dan pemikiran untuk kemajuan perikanan budidaya,” ungkap Edhy.

Menteri Edhy juga menegaskan komitmen KKP untuk memberikan kemudahan akses guna menumbuhkembangkan usaha di bidang perikanan budidaya.

“Ada 29 regulasi yang sudah dan sedang kita review, ini tentu untuk memastikan agar masyarakat merasa aman dalam berusaha tanpa terkungkung oleh aturan aturan yang memberatkan. Dari sisi permodalan, ayo manfaatkan skema pembiayaan yang dimiliki pemerintah,” pungkas Edhy.

BACA JUGA :  Dua Kapal Illegal Fishing di ZEEI dan Selat Malaka Diamankan

Pasar Terbuka Luas

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto mengatakan pengelolaan berbasis WPP akan memungkinkan pemanfaatan potensi yang lebih terukur, terintegrasi dan adanya penguatan kelembagaan yang kuat.

Ia juga memastikan bahwa KKP telah melakukan pemetaan potensi berbasis komoditas unggulan di masing-masing WPP.

“Setidaknya ada empat pilar yang akan kita dorong dalam pengembangan budidaya laut nasional yakni teknologi berbasis daya dukung; sosial ekonomi; pengembangan pasar dan lingkungan. Saya rasa ini yang akan kita dorong sehingga budidaya laut lebih sustain. Khusus untuk pasar, ini penting sehingga ada suplai yang terukur nantinya,” jelas Slamet.

Slamet juga menyampaikan, saat ini KKP tengah melakukan pemetaan target kawasan pengembangan Kobia dan juga action plan dalam jangka pendek.

Sementara itu, CEO Sillyfish Indonesia, Rika Puspita, membeberkan fakta bahwa selama masa pandemi Covid-19 justru market demand naik.

BACA JUGA :  KPK Tangkap Menteri KKP di Bandara Terkait Ekspor Benur

Upaya yang dilakukan yakni melakukan branding premium pada produk olahan ikan Kobia dan membangun link pasar di luar negeri. Ia juga memproyeksikan pasar produk ikan Kobia akan terus naik seiring meningkatnya preferensi konsumen.

“Kalau bicara market demand, dengan melihat preferensi konsumen, kami optimis market akan terus terbuka dan trendnya akan naik ya,”jelasnya.

Faktanya selama Covid-19 ini justru permintaannya naik. Yang jelas branding premium untuk ikan Kobia akan terus didorong, memang target segmen konsumennya berbeda dengan komoditas lainnya.

“Kita ingin Kobia ini tetap premium, sehingga nilai tambahnya juga bisa lebih besar dirasakan pembudidaya. Keunggulan yang menonjol Kobia hasil budidaya ini yakni tidak bau amis, daging putih dan rendah kadar histamin. Ini yang akan terus kita kampanyekan”, tegas Rika.(whd)