KOTA BEKASI — Di tengah hiruk pikuk dunia pendidikan yang kerap disibukkan oleh administrasi dan target kurikulum, Kelompok Kerja Guru (KKG) Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) Kecamatan Pondok Melati memilih langkah berbeda, berhenti sejenak dari peluit dan stopwatch, lalu turun langsung ke lapangan kemanusiaan, pada Jumat (12/12).
Melalui kegiatan “KKG PJOK Berbagi Bersama Anak-anak Yatim dan Dhuafa”, para guru PJOK dari 18 SD Negeri se-Kecamatan Pondok Melati menggelar aksi santunan yang menyentuh sisi paling mendasar dari pendidikan yakni empati dan kepedulian sosial.
Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua KKKS SD Kecamatan Pondok Melati, Pengawas SD Kecamatan Pondok Melati, serta para penerima manfaat yang terdiri dari anak-anak yatim dan dhuafa. Bukan seremoni mewah, bukan pula panggung besar hanya niat tulus, tangan terbuka, dan hati yang ingin berbagi.
Santunan: Kecil di Anggaran, Besar di Makna
Santunan anak yatim dan dhuafa memang sering terdengar sederhana. Bahkan mungkin dianggap rutinitas. Namun bagi mereka yang menerima, bantuan sekecil apa pun adalah napas harapan. Dan bagi yang memberi, itu adalah pengingat bahwa kemanusiaan tidak butuh proposal tebal atau panggung megah.
Dalam ajaran Islam, anak yatim adalah mereka yang kehilangan ayah sebelum baligh dan membutuhkan perhatian khusus. Sementara dhuafa adalah kelompok masyarakat yang lemah secara ekonomi dan sosial bukan karena malas, tetapi karena hidup tak selalu adil.
Rasulullah SAW bahkan menegaskan keutamaan menyantuni anak yatim:
“Aku dan orang yang memelihara anak yatim akan berada di surga seperti ini,”
(HR. Bukhari)
Sebuah isyarat sederhana dua jari dirapatkan namun maknanya luar biasa. Surga, ternyata, jaraknya bisa sedekat itu.
Guru Mengajar Tanpa Papan Tulis
Menariknya, kegiatan ini bukan hanya soal memberi santunan. Ini adalah bentuk pendidikan nyata tanpa buku teks, tanpa nilai rapor. Para guru PJOK mengajarkan satu hal yang sering terlupakan, berbagi tidak menunggu kaya, dan peduli tidak perlu jadwal khusus.
Di saat banyak pihak sibuk memperdebatkan program bantuan di ruang rapat ber-AC, para guru ini memilih cara yang lebih cepat dan konkret langsung hadir, langsung memberi.
Hadis lain bahkan menegaskan:
Kalian diberi rezeki dan pertolongan karena orang-orang lemah di antara kalian.”
(HR. Ahmad dan para ahli hadis)
Artinya jelas: yang lemah bukan beban, justru sumber keberkahan. Ironis jika masih ada yang lupa.
Kepedulian yang Membumi
Ketua KKG PJOK Kecamatan Pondok Melati Fadilah Afandi, S.Pd, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen guru untuk hadir tidak hanya sebagai pendidik di sekolah, tetapi juga sebagai bagian dari masyarakat.
“Kami ingin berbagi secara langsung. Tidak rumit, tidak berlebihan. Yang penting sampai dan dirasakan manfaatnya,” ujarnya.
Kegiatan ini pun mendapat apresiasi dari pengawas dan KKKS SD Pondok Melati, yang menilai aksi sosial semacam ini penting untuk terus ditumbuhkan di lingkungan pendidikan.
Penutup: Saat Guru Memberi Contoh, Bukan Ceramah
Di akhir kegiatan, senyum anak-anak yatim dan dhuafa menjadi bukti paling jujur bahwa kebaikan tidak pernah salah alamat. Mungkin santunan itu tak mengubah dunia, tapi jelas mengubah hari mereka.
Dan di tengah zaman yang sering mengukur segalanya dengan angka dan pencitraan, KKG PJOK Pondok Melati memberi pelajaran sederhana tapi menohok, kemanusiaan tidak butuh panggung cukup keberanian untuk peduli.
Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam kegiatan KKG PJOK Pondok Melati Berbagi. Karena di balik seragam guru dan lapangan olahraga, ternyata ada hati yang tetap hangat untuk sesama.***






