Kedua, Ia adalah aktivis Boedi Oetomo yang berdiri tahun 1908. Ia menjadi bagian dari upaya menggugah kesadaran masyarakat Indonesia (terutama Jawa) pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan pergerakan kebangsaan.
Ketiga, Ia adalah penulis terbaik. Karya tulis paling viral adalah, “Seandainya Aku Seorang Belanda” (judul asli: “Als ik een Nederlander was”), dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan DD, 13 Juli 1913.
Keempat, Ia bersama “Tiga Serangkai” Douwes Dekker terus memperjuangkan harkat martabat bangsa bumi putera. Pembuangannya sampai ke negeri Belanda, membuat Ia terus belajar dan menguatkan perjuangan.
Kelima, jamana kemerdekaan Ia berkontribusi sebagai Menteri Pendidikan yang pertama. Semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.
Hardiknas bukan ritual tahunan melainkan refleksi nasional setiap saat terutama bagi insan pendidikan. Sesungguhnya dunia pendidikan akan lebih baik bersama para tokoh terbaik dan suci diri semata mata untuk negara dan bangsa.
Semua pihak harus dan wajib menjadi bagian kolaborasi mewujudkan pendidikan bermutu. Pendidikan bermutu akan melahirkan generasi dan masa depan yang lebih baik. Tema Hardiknas “Partisipasi Semesta Mewujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua”. Adalah spirit yang wajib kita bumikan.
Apa yang sudah kita berikan pada bangsa dan negera terkait pendidikan. Hanya ikut ritual Hardiknas? Mari kita berbuat sekecil apa pun prestasi untuk bangsa dan negara terkait pendidikan.***