MAGELANG – Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo, menyatakan KKP akan melakukan dua langkah dalam rangka mengatasi tingginya harga pakan ikan yang banyak dikeluhkan oleh para pembudidaya.
Langkah pertama, KKP akan memberikan bantuan mesin pembuat pakan ikan modern kepada Balai PBIAT Ngrajek, selanjutnya akan menjalin komunikasi dengan pengusaha pembuat pakan untuk mencari solusi terhadap tingginya harga pakan.
“Bantuan diberikan kepada setiap kelompok pembudidaya ikan melalui pakan ikan mandiri untuk mengatasi permasalahan pakan ikan yang mahal,”ungkap Menteri Edhy Prabowo, Jumat (6/12/2019)
Menteri KP melakukan panen 50 ribu ekor benih ikan nila merah di Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (PBIAT) Ngrajek, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Menteri Edhy berharap, dua langkah ini menjadi solusi untuk kembali menggairahkan para pembudidaya perikanan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Dengan begitu, industri budidaya pun akan kembali hidup sehingga menciptakan lapangan kerja sekaligus meningkatkan devisa bagi negara.
Hingga saat ini, KKP sendiri telah memproduksi sekitar 7 juta ton bibit ikan per tahunnya. KKP akan terus berupaya meningkatkan angka tersebut kedepannya.
“Saya belum tahu akan ke angka berapa tapi sekarang kita sudah buat pola modelnya seperti apa untuk perikanan budidaya, baik di air tawar, air payau, maupun air laut,” ucapnya.
Menurutnya, Pakan ikan mandiri merupakan alternatif bagi para pembudidaya perikanan untuk mengurangi ketergantungan pada pakan industri. Selama beberapa tahun terakhir, KKP terus memberikan bantuan pakan ikan mandiri kepada sejumlah pembudidaya.
Hal ini akan terus dilakukan ke depannya untuk mengoptimalkan produksi sektor budidaya yang menjadi salah satu prioritas KKP periode 2019-2024.
“Lima tahun yang lalu, ongkos produksi mereka dari pakan ikan saja 40 persen, sekarang sudah 70 persen. Nah, ini ada naik 30 persen dalam lima tahun itu masalahnya gimana? Kami mau tahu apakah itu masalahnya di distribusi atau terlalu banyak perantara jadi banyak tengkulaknya? Ini akan kita cari jalan keluarnya,” ungkapnya.
Sebab, hal ini berimbas pada mahalnya ongkos produksi para pembudidaya sehingga menurunkan gairah industri beberapa tahun belakangan. (Handi S)