Scroll untuk baca artikel
OpiniPolitik

Harus Diakui, Muka Tembok Buzzer Jokowi Sangat Terlatih

×

Harus Diakui, Muka Tembok Buzzer Jokowi Sangat Terlatih

Sebarkan artikel ini

Jadi, salut sepuluh jari pada daya tahan mental mereka. Kalau tanggung-tanggung orang, bisa gila disuruh menjilat kembali orang yang dimusuhi habis-habisan selama ini.

Lihatlah Abu Janda dan kawan-kawannya. Mereka mengatakan segala macam yang buruk-buruk tentang Pak Prabowo di pilpres 2019. Tapi sekarang mereka tampak happy-happy saja ketika bikin konten yang memuja-muji Pak Prabowo. Luar biasa kuat tembok yang mereka bangun di mukanya. Tidak ada yang bisa menandingi muka tembok Abu Janda dan gerombolannya itu.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

BACA JUGA: Pilihan Tidak Netral Jokowi, Itu Bentuk Kecemasan Diri Sulit Disembunyikan

BACA JUGA :  Update Terbaru! Susunan Lengkap Kabinet Merah Putih Prabowo-Gibran 2024

Yang juga patut kita saluti adalah kebaikan luar biasa di pihak Pak Prabowo yang ok-ok saja dengan Abu Janda dan kawan-kawan. Ini tentu mencerminkan keikhlasan beliau untuk melupakan semuanya.

Tidak hanya cacian Abu Janda yang dilupakan Pak Prabowo. Beliau juga melupakan isi buku “Paradoks Indonesia”, surat wasiat, pencurangan pilpres 2019, gebrak-gebrak meja yang legend itu, dlsb. Pak Prabowo juga bisa dengan ikhlas melupakan dukungan para ulama dan umat di pilpres lalu.

BACA JUGA: Baliho Bertuliskan Ungkapan Jokowi ‘2024 Jatah Prabowo’ Bertebaran di Bandar Lampung

Kita pun salut kepada Pak Prabowo yang juga melupakan pengorbanan fisik dan psikis begitu banyak orang yang habis-habisan mendukung beliau. Beliau ikhlas melupakan begitu banyak korban luka-luka dan bahkan korban tewas karena dihajar oleh aparat ketika berunjuk rasa di depan Bawaslu Jakarta 2019.

BACA JUGA :  Bapanas Harus Dievaluasi: Harga Beras Indonesia Termahal, Petani Tak Sejatera

Jadi, harus diakui para buzzer cuan yang bermuka tembok itu memang sangat terlatih. Dahsyat. Mereka punya mentalitas dan nyali yang kuat untuk pindah-pindah kubu sesuai mekanisme pasar.

Terkadang ingin bertanya: apakah mereka melakukan operasi urat rasa agar bisa mudah gonta-ganti figur yang didukung?