3. “Kamu akan melakukannya dengan baik.”
Pandangan yang positif bisa membantu anak membangun kepercayaan dirinya. Namun, Bunda tidak bisa benar-benar memprediksi kapan anak akan berhasil atau kapan mereka akan gagal.
Dengan kata lain, menjanjikan anak bahwa mereka akan berhasil hanya untuk melihat mereka gagal adalah cara yang bisa merusak kepercayaan dirinya.
Daripada mengatakan “Kamu akan melakukan yang terbaik”, atau “Kamu pasti akan menang”, lebih baik katakan “Keluarkan kekuatanmu dan lakukan yang terbaik.
BACA JUGA: Kok Bisa Ayah di Tasik Potong Kemaluan Anak dengan Silet, Begini Kondisinya
Jika tidak berjalan baik, maka tidak apa-apa, kamu pasti bisa melewatinya.”
4. “Jangan sampai ibu lihat kamu melakukan itu lagi!”
Ungkapan ini seringkali diucapkan orang tua ketika mereka merasa frustrasi dan ingin membantu anak-anak menghindari kebiasaan buruk atau hal yang lebih berbahaya.
BACA JUGA: Begini, Tips Dokter Gizi Untuk Menu Buka dan Sahur
Meski begitu, anak-anak tentu tidak akan mendengarkan peringatan ini. Mereka akan belajar menjadi lebih baik dalam menyembunyikan perilaku tersebut.
Daripada mengatakan “Jangan sampai saya melihat kamu melakukan itu lagi”, ibu bisa mengganti kalimatnya dengan “Kamu akan melakukan ini lagi dan tergoda untuk menyembunyikannya”.
5. “Kamu yang terbaik!”
Tidak ada salahnya memuji anak ketika mereka berprestasi. Namun, jika Bunda berpikir bahwa mereka pantas mendapat pujian jika mereka mengungguli orang lain, mereka akan terus berekspektasi dan cemas akan realitas.
BACA JUGA: Kaca Mobil Berembun Ketika Hujan, Ini Tips Mengatasi
Dalam kasus ekstrem, hal ini bisa menyebabkan anak-anak mencoba untuk menyelesaikan segala hal bahkan jika mereka harus melanggar aturan. Padahal, sangat penting untuk mendidik anak menjadi anak yang jujur.
Sebaliknya, pujilah anak karena proses yang telah mereka lalui. Misalnya mereka telah bekerja keras meski hasilnya tidak seperti yang mereka inginkan. Ini bisa membantu anak termotivasi untuk terus bekerja keras.
6. “Itu sempurna!”
Bunda harus berhati-hati ketika membesarkan anak yang perfeksionis.
Mereka akan berpikir bahwa mereka harus selalu sempurna untuk mendapatkan pujian atau cinta dari orang tua mereka.
BACA JUGA: Ini, Tips Khatamkan Al-Qur’an selama Ramadan
Perfeksionisme pada anak berkorelasi dengan berbagai masalah kesehatan mental. Misalnya kecemasan hingga gangguan obsesif kompulasi (OCD).
“Pujilah usaha mereka, bulan hasilnya,” kata Amy.
“Bahkan jika menurut Anda gambarnya terlihat indah, atau mereka melakukan pekerjaan yang bagus di lapangan, Anda mungkin memuji mereka karena bekerja sangat keras, karena berusaha. Dan, jika mereka jatuh, untuk bangkit kembali,”paparnya.
BACA JUGA: Begini, Tips Dokter Gizi Untuk Menu Buka dan Sahur
7. “Kamu sudah membuat Bunda marah!”
Gagasan bahwa perasaan dapat dipengaruhi oleh perilaku orang lain adalah kontraproduktif. Ini bisa membuat anak berpikir mereka tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka.
Hal ini bisa mengarahkan anak pada prilaku manipulatif, misalnya seperti ketika anak memerintah di sekitar anak lain alih-alih memproses perasaan mereka sendiri.
Alih-alih menggunakan kalimat “Kamu sudah membuat Bunda marah”, Bunda bisa ganti dengan mengatakan “Bunda tidak suka tindakanmu saat ini”. (*)