LAMPUNG TIMUR — Hujan deras yang mengguyur Desa Bandar Agung, Kecamatan Sribawono, Kabupaten Lampung Timur, Kamis sore (25 Desember 2025), kembali “mengingatkan” publik pada persoalan lama yang tak kunjung selesai. Jalan Raya Simpang Wakidi mendadak berubah fungsi, dari jalur transportasi menjadi aliran sungai lumpur dadakan.
Genangan air bercampur lumpur mengalir deras menutup badan jalan, diduga kuat berasal dari kawasan Hutan Register 38 yang semakin hari kian tergerus oleh aktivitas manusia yang meminjam istilah warga lebih mengedepankan kepentingan perut ketimbang akal sehat.
Pantauan di lokasi menunjukkan lumpur cokelat pekat mengalir deras dari arah perbukitan dan hutan, menutup akses jalan utama. Akibatnya, arus lalu lintas lumpuh total.
Kendaraan roda dua maupun roda empat terpaksa berhenti, sementara sebagian pengendara lain mencoba peruntungan dengan nekat menerobos genangan yang berujung mesin mati dan harus didorong ramai-ramai oleh warga.
“Kalau hujan begini, ini bukan jalan raya lagi, tapi arena uji nyali,” celetuk salah seorang pengendara yang terjebak kemacetan, sambil membersihkan lumpur di sepatunya.
Menurut keterangan warga dan pengendara, hujan turun sangat lebat sejak selepas waktu Ashar dan berlangsung cukup lama.
Curah hujan tinggi tersebut menyeret material tanah, pasir, dan lumpur dari kawasan pegunungan serta Register 38 yang berada di sekitar lokasi kejadian.
Akibatnya, lumpur menutup jalan dengan ketinggian mencapai setengah lutut orang dewasa. Kondisi ini membuat kendaraan, terutama mobil dan truk bermuatan berat, kesulitan melintas dan memicu antrean panjang hingga kemacetan total di sejumlah titik.
Tak hanya banjir lumpur, hujan juga disertai petir yang menyambar-nyambar, menambah ketegangan di lokasi. Banyak pengendara memilih berhenti dan menunggu kondisi membaik demi keselamatan.
Sementara itu, kendaraan yang terlanjur terjebak terpaksa melaju perlahan, berjibaku dengan lumpur licin demi menghindari selip atau terguling.
Peristiwa ini kembali menyoroti persoalan serius kerusakan lingkungan di kawasan Register 38. Setiap hujan lebat turun, jalan raya menjadi “korban langganan” dari limpasan lumpur, seolah alam sedang menagih utang akibat eksploitasi yang terus dibiarkan.
Hingga berita ini diturunkan, belum terlihat penanganan darurat dari pihak terkait.
Warga berharap ada langkah nyata dan berkelanjutan, bukan sekadar pembersihan lumpur setelah kejadian, lalu lupa sampai hujan berikutnya datang membawa cerita yang sama.***













