WAWAINEWS.ID – Selama kemiskinan, ketidakadilan, dan ketimpangan yang mencolok masih ada di dunia kita, tidak seorang pun dari kita benar-benar beristirahat.
Kutipan Nelson Mandela Mantan Presiden Afrika Selatan ini jadi potret seorang ibu rumah tangga yang jadi tulang punggung empat anaknya pada salah satu desa tua yang didalamnya masih menjunjung tinggi nilai kearifan lokal, adat, dan tradisi secara turun temurun.
Miris, itu lah ungkapan yang patut dituliskan untuk menggambarkan konidisi seorang ibu muda di Desa Gunung Sugih Besar, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur, ditengah ketidak berdayaannya menghadapi kemiskinan tetap harus berjuang untuk menghidupi 4 orang anaknya mulai usia SMP hingga SD.
BACA JUGA : INI PARAH! Penerima PKH di Desa Gunung Sugih Besar Terdata Sudah Meninggal, Padahal Masih Hidup
Pernah mendapatkan bantuan sosial melalui program seperti keluarga harapan (PKH) dari Kementerian Sosial (Kemensos) dalam konteks kesejahteraan sosial, tapi sekarang tumpuan itu pun sirna. Bersamaan dirinya yang dinyatakan telah meninggal dunia.
Adalah Tarinah, Warga Dusun I Desa Gunung Sugih Besar, Sekampung Udik, harus menghadapi beban hidup yang kompleks alih-alih PKH menjadi satu-satunya tumpuan untuk bisa membantu meringankan beban tanggungjawabnya sebagai ibu tunggal guna menghidupi empat anaknya setelah suaminya dipenjara. Tapi harapan itu kini pupus tanpa ada kejelasan.
BACA JUGA : Kades GSB Bantah Terima Jatah dari Kandang Ayam, Akui Hanya Dapat Transportasi dari BW
Ironisnya lagi, datanya dituliskan telah meninggal dunia, Tarinah sudah lama tidak mendapat sembako BPNT dan PKH karena keterangan Tarinah pada data Non DTKS telah Meninggal. Berbagai cara telah dilakukan untuk mendapatkan hak seperti datang langsung ke Balaidesa Gunung Sugih Besar, tapi sampai sekarang belum ada kejelasan.
Desa yang jadi harapanya untuk bisa membantu agar bisa mendapatkan PKH kembali, tapi tidak ada kejelasan untuk membuat Tarinah kembali tenang dalam menjalani rutinitasnya.
Dari penelusuran Wawai News, di rumahnya Dusun I dipastikan Tarinah masih hidup dan data DTKS yang menyatakan dirinya telah meninggal tidak benar. Tarinah masih bekerja sebagai buruh kupas singkong di Desa Tetangga. Berangkat pagi pulang malam untuk menghidupi empat orang anaknya.
BACA JUGA : Hama Lalat di Gunung Sugih Besar Jadi Trending, Pemdes apa Kabar?
Lebih miris lagi, Tarinah hanya tinggal di rumah ukuran 4×6 meter persegi dengan atap asbes 25 lembar dan berdinding geribik bersama empat anaknya. Saat Wawai News menyambangi ke rumahnya Tarinah telah berangkat ke tempat kerjanya sebagai buruh kupas singkong.
Rumah geribik, itu terlihat sepi, hanya dipenuhi jemuran pakaian diatas pohon bambu kering melintang berisikan berbagai jenis pakaian anak dan perempuan. Dibawah jemuran itu ada satu kurungan ayam tepat di halaman rumah yang berada di Pojok Desa yang dibelakangnya dipenuhi pemakaman umum.
BACA JUGA : Sampah Liar Bertebaran di Ujung Desa Gunung Sugih Besar
“PKH ini sangat membantu menjadi harapan satu-satunya bagi Tarinah, tapi sekarang tidak mendapatkan lagi bantuan Kemensos itu. Yang lebih menyakitkan anak saya dikatakan sudah meninggal dunia,”ujar orang Tua Tarinah saat bertemu Wawai News Minggu Sabtu 3 Juni 2023.