LAMPUNG SELATAN — Kepolisian Daerah Lampung akhirnya mengungkap identitas jasad yang ditemukan mengambang di aliran sungai Kampung Kroya, Desa Haduyang, Kecamatan Natar.
Korban diketahui bernama Pandra Apriliandi (21), seorang pegawai koperasi asal Lampung Utara, yang sebelumnya dilaporkan hilang saat menjalankan tugas menagih utang dari nasabah di wilayah tersebut.
Apa yang semula dikira sekadar kasus orang hilang, berubah menjadi skenario pembunuhan keji. Hasil otopsi dari tim forensik RS Bhayangkara membuka lembaran mengerikan dari kematian Pandra, bukan kecelakaan, bukan tenggelam melainkan dieksekusi.
Dokter forensik, dr. I Putu Suwartama Wiguna, menyampaikan hasil autopsi yang menyebut korban kemungkinan telah meninggal dua hingga tiga hari sebelum ditemukan. Hal ini didasarkan pada tingkat pembusukan dan ukuran belatung pada tubuh korban.
Namun yang paling mengejutkan bukan waktu kematian, melainkan cara kematian. Pandra mengalami luka terbuka besar di leher, akibat benda tajam yang memotong tenggorokan hingga ke tulang leher ketiga. Luka yang hanya bisa dihasilkan oleh tindakan brutal dengan niat menghabisi nyawa.
Tak hanya itu, tubuh korban juga menunjukkan tanda-tanda kekerasan lain, benturan di pelipis kanan, luka di lengan dan punggung, serta sayatan di rahang dan dada kiri. Semua itu menunjukkan bahwa korban tidak hanya dibunuh, tetapi disiksa.
Tragedi ini menyingkap sisi gelap yang kerap luput dari sorotan, risiko nyawa yang mengintai para pekerja lapangan, terutama mereka yang bertugas menagih utang dalam sistem mikrofinansial berbasis komunitas.
Sebelumnya Jenazah korban ditemukan warga mengambang di sungai Dusun Sukarame, Desa Haduyang, Kecamatan Natar, Kamis (31/7/2025), dengan posisi tangan terlipat di perut dan masih mengenakan jaket merah serta celana jeans.
Bukannya ikut hanyut karena utang koperasi, korban justru diyakini sengaja dihabisi. Kapolsek Natar AKP Setio Budi Howo membenarkan penangkapan Salam, yang langsung dilimpahkan ke Polda Lampung.
Sebelum ditangkap, Salam lebih dulu kabur entah ke mana, mungkin sedang menyusun rencana ekspansi bisnis somay di tempat lain.
Pelaku pembunuhan sadis bernama Salam diamankan dengan kawalan ketat polisi. Hal itu sempat menyulut emosi warga yang murka dan membakar rumah pelaku. Bukan sekali, bukan dua kali, tapi sampai tiga kali upaya pembakaran dilakukan .
“Pertama dibakar kami masih bisa tahan, kedua pak lurah datang. Tapi yang ketiga, ampun deh, kami udah pasrah,” ujar salah satu warga.
Polisi pun akhirnya datang memadamkan api dan amarah masyarakat. Warga yang diduga dari keluarga korban mendatangi rumah pelaku. Sayangnya, si Salam sudah kabur sejak malam kejadian.
“Dari malam kejadian dia sudah kabur. Biasanya dia keliling jual somay, kalau korban katanya waktu itu lagi nagih utang koperasi,” tutur warga yang mengenal pelaku. ***