wawainews.ID, Bekasi – Pasangan Buruh Tani, Saepudin Tarmidin Saud (54) dan Hani Januji Madkasan (70) warga RT 07/10 Kampung Lengkong, Desa Linggaraja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, patut dicontoh.
Berkat niat suci meskipun berpenghasilan sebagai buruh harian lepas, dengan penghasilan tak pasti. Tapi bisa berangkat menunaikan ibadah haji pada musim haji 1440 H/ 2019.
Pasangan suami isteri ini berangkat ke Tanah Suci, untuk beribadah haji pada Jumat (19/7) melalui Embarkasi Jakarta-Bekasi. Saepudin dan Hani akan ikut bersama rombongan kloter 43 dari Kabupaten Tasikmalaya.
Sudut mata ibu Hani, tak terbendung dia meneteskan tangis. Ia masih tak percaya, mimpi besarnya berangkat ke Tanah Suci bisa terwujud dalam.
Bagaimana tidak kehidupan pasangan paruh baya itu cenderung sederhana, bahkan seadaanya. Penghasilan Saepudin sebagai buruh tani tak seberapa. Sehari-hari, ia biasa mencari rumput ke kebun atau bertani di sawah menggunakan sebilah arit dan cangkul andalannya.
Dalam satu hari, Saepudin mengaku hanya berpenghasilan Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu. Di tengah kondisi demikian, tekadnya memenuhi panggilan ke Baitullah tak padam. Sedikit demi sedikit, ia menyisihkan sejumlah uang ke tabungan, untuk mewujudkan mimpinya menunaikan Rukun Islam kelima.
“Ya penghasilan paling Rp 30 ribu, Rp 10-20 ribu disisipkan per hari untuk naik haji,” ujar Ibu Hani di Embarkasi Jakarta-Bekasi, Jumat (19/7/2019).
Suaminya, biasa bekerja di Cipatujah, kecamatan tetangga. Dari rumahnya di Kecamatan Sukaraja, waktu tempuh untuk mencapai ke sana sekitar 2,5 jam. Karena itu, ia hanya pulang ke rumah dalam sepekan atau sebulan sekali.
Pada 2012, dia bersama Hani memberanikan diri untuk mendaftarkan diri sebagai calon jamaah haji. Mereka membawa uang sebesar Rp 10,4 juta sebagai dana pendaftaran untuk dua orang. Uang itu merupakan hasil tabungan mereka berdua sejak awal menikah pada 1978 silam.
Saat mendaftar, Saepudin mengenang, dirinya mengatakan sempat mendapatkan perlakuan yang kurang mengenakkan dari petugas. Ia merasa dipandang sebelah mata bila dibandingkan para calon pendaftar lainnya. “Susah juga waktu daftar. Punya uang segitu, dari sana juga dikecilkan,” ujar dia.
Namun Saepudin tak terlalu peduli. Niatnya bersama istri sudah tak terbendung untuk bisa menunaikan ibadah haji. Sejak saat itu, Saepudin pun lebih giat dalam bekerja. Tiap hari giat menabung demi melunasi biaya perjalanan haji.
Uniknya, pasangan suami-istri ini tak mengandalkan jasa bank. Mereka menyimpan uang di dalam rumah. Ketika sudah terkumpul cukup banyak, barulah kemudian ia menyetorkan uang itu ke Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Al-Amin Riyaddul Jannah Cipasung, Desa Cipakat, Kecamatan Singaparna. Pasangan suami istri yang berprofesi sebagai buruh tani itu menabung belasan tahun untuk berangkat ke tanah suci.
Dalam satu bulan, Saepudin biasa menyetorkan uang Rp 400 ribu hingga Rp 500 ribu. Yang mengagumkan, dia dan istri tidak sepeser pun meminjam uang untuk memenuhi biaya keberangkatan haji mereka.
“Pertama mah enggak kebayang. Yang penting ngumpulin aja. Yang dipikirin mah nyari uang aja. Meski kecil, usaha terus. Akhirnya bisa juga,” kata lelaki yang sudah memiliki dua cucu dan satu cicit itu.
Sudah berhasil mendapatkan kursi ke Tanah Suci, tak menyudahi perjuangan Saepudin dan Hani. Selama masa bimbingan manasik, mereka setiap hari harus pergi-pulang ke lokasi bimbingan.
Lokasinya terbilang jauh dari tempat tinggal mereka. Menurut Saepudin, untuk mencapai tempat bimbingan manasik memerlukan waktu sekitar 1,5 jam.
Pasangan suami istri yang berprofesi sebagai buruh tani itu menabung belasan tahun untuk berangkat ke tanah suci. Ia pun tak menyangka kerja keras orang tuanya sebagai buruh tani bisa mewujudkan impian yang luhur itu.
“Saya juga awalnya enggak yakin, dengan penghasilan segitu bisa berangkat (ke Tanah Suci),” kata dia.
Hani, kepada wartawan mengaku di Tanah Suci akan berdoa untuk hidup lebih layak. Tetapi dia yang utama bisa menjadi haki.Mabrur. insha Allah. (Red)