KOTA BEKASI – Janji Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, untuk memberikan pendampingan psikologis bagi korban pelecehan seksual anak di wilayahnya usai kunjungan beberapa waktu lalu, hingga kini belum juga terealisasi.
Padahal, pernyataan komitmen itu disampaikan langsung oleh Tri saat mengunjungi kediaman korban beberapa hari lalu.
Salah satu orang tua korban, sebut saja P, mengaku kecewa dan merasa dipermainkan oleh janji kosong pemerintah. Ia menyebut belum ada satu pun petugas psikolog dari instansi terkait yang datang memberikan konseling atau pendampingan trauma kepada anaknya yang baru berusia 4 tahun.
“Sudah beberapa hari sejak Pak Wali datang, tapi tidak ada satupun yang datang membantu. Anak saya masih trauma, dan janji pendampingan psikologis itu cuma omongan saja sampai hari ini,” ucap P dengan nada getir, Sabtu malam (14/6/2025).
P menjelaskan bahwa kondisi anaknya semakin mengkhawatirkan. Pasca insiden dugaan pelecehan yang dilakukan oleh teman sepermainannya yang berusia 8 tahun, sang anak menjadi pendiam, mudah takut, dan menolak ditinggal sendirian meski hanya sebentar.
“Anak saya dulu ceria, sekarang selalu gelisah, takut, dan minta ditemani terus. Ini bukan hal sepele. Kami butuh pertolongan profesional, bukan janji-janji kosong,” lanjutnya.
Lebih lanjut, P meminta agar pendampingan tidak dilakukan secara asal-asalan. Ia menginginkan kehadiran psikolog anak yang berpengalaman menangani trauma akibat kekerasan seksual, agar pendekatannya tepat dan tidak memperburuk kondisi psikologis korban.
“Tolong hadirkan ahli yang benar-benar mengerti kasus trauma anak. Jangan asal kirim. Salah pendekatan, bisa bikin luka psikologis anak kami makin dalam. Kami mohon, Pak Wali Kota tepati ucapannya,” ujar P dengan mata berkaca-kaca.
Kasus dugaan pelecehan ini sendiri mencuat awal Juni 2025, ketika keluarga korban melaporkan tindakan tak senonoh yang diduga dilakukan oleh anak tetangga terhadap anak mereka di lingkungan perumahan kawasan Medan Satria, Kota Bekasi.
Meski sempat menjadi perhatian publik dan dijanjikan penanganan serius oleh Pemkot Bekasi, kenyataan di lapangan justru sebaliknya. Hingga kini, belum ada langkah konkret dalam bentuk pendampingan psikologis terhadap korban yang masih berusia sangat belia.
Pengabaian ini menuai kritik dari berbagai pihak, mengingat trauma masa kecil yang tidak ditangani dengan tepat dapat berdampak jangka panjang terhadap perkembangan mental dan emosional anak.
Warga berharap Wali Kota Bekasi dan dinas terkait segera bertindak, bukan hanya menebar empati simbolis tanpa aksi nyata.
Dalam isu kekerasan seksual terhadap anak, kecepatan dan kepekaan penanganan bukan hanya penting tetapi sangat menentukan masa depan korban. ***