Scroll untuk baca artikel
Opini

Kabinet Prabowo dan Mandala Pembebasan Papua

×

Kabinet Prabowo dan Mandala Pembebasan Papua

Sebarkan artikel ini
Kabinet Prabowo

Eskalasi global memerlukan team kerja solid. Agar bisa fokus menyelesaikan masalah dengan cepat. Ketika berpacu dengan kecepatan negara-negara lain.

Oleh karena itu diperlukan jaminan stabilitas relasi parlemen-eksekutif. Dalam iklim multipartai yang transaksional.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Menghadapi realitas kompleks seperti itu, Presiden Prabowo menerapkan “politik gotong royong”. Merangkul semua potensi politik.

Mengajak semua potensi kebangsaan bekerja bersama-sama. Menundukkan tantangan global. Bukan strategi winner take all. Pemenang mengambil semua.

Instabilitas politik akan menghambat kemajuan bangsa ini melewati perpacuan global itu. Bahkan penyelesaian problem internal kebangsaan pun akan terhambat.

Jika dikalkulasi, akan tetap efektif pilihan strategi team kerja gotong royong. Walaupun konsekuensinya menjadi kabinet tambun.

BACA JUGA :  Mary Jane: Keadilan atau Sindikat Narkoba

Jika dibandingkan dengan menerapkan winner take all. Akan tetapi dalam bayang-bayang ancaman instabilitas politik.

Kedua, fokus penyelesaian masalah yang ragamnya banyak. Problem internal maupun global amat kompleks.

Bertambahnya nomenklantur kementerian untuk akomodasi potensi pluralitas kekuatan politik berdampak positif. Jika penambahan itu dimanfaatkan untuk mempertajam fokus penyelesaian tantagan yang dihadapi.

Masing-masing Menteri kabinet, badan/lembaga, memiliki cakupan kerja lebih terfokus. Lebih menjamin efektivitas kerja kabinet.

Strategi itu mirip strategi perang. Menghadapi lawan besar dengan pertempuran-pertempuran kecil. Melalui titik yang banyak.

Sebagaimana strategi Mayjen Soeharto. Ketika perebutan Irian Barat.

Ketiga, mempersempit potensi korupsi. Konsentrasi lingkup kerja yang luas pada sedikit orang berpotensi memicu korupsi. Kontrol menjadi sangat luas.

BACA JUGA :  Bobot Politik Pernyataan La Nyalla Perpanjangan Masa Jabatan Presiden: Zero

Banyak gray area (daerah bayang-bayangt) yang pengawasannya kurang.

Berbeda dengan lingkup kerjanya terfokus. Tidak terlalu besar lingkup kewenanganya. Kontrolnya akan semakin mudah.

Termasuk potensi rebutan lahan basah. Untuk kepentingan logistik politik.

Pemencaran kewenangan akan membagi pemusatan anggaran hanya pada satu kelembagaan besar. Menghindarkan perebutan lahan basah pada pemusatan anggaran yang terlalu besar pada satu instansi.

Dua perspektif itu bisa kita gunakan pisau analisa memahami kabinet tambun. Kabinetnya Pabowo-Gibran. Antara efektif dan merugikan.

Mana di antara kedua perspektif itu yang benar.

Kinerja kabinet Prabowo-Gibran akan segera terhampar dihadapan. Bisa dinilai. Bahkan dievaluasi bersama.

ARS (rohmanfth@gmail.com), Jaksel, 18-10-2024