Opini

Kabinet Prabowo: “Kabinet Perang”

×

Kabinet Prabowo: “Kabinet Perang”

Sebarkan artikel ini
Foto Daftar Calon Menteri Presiden Terpilih Prabowo Subianto
Foto Daftar Calon Menteri Presiden Terpilih Prabowo Subianto

Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi

WAWAINEWS.ID – Media-media menurunkan berita keberangkatan anggota Kabinet Merah Putih. Kabinet Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Menuju Lembah Tidar Magelang.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Tempat para menteri itu akan ditempa semi militer. Di kawasan Akademi Militer. Tempat para pimpinan militer Indonesia dilahirkan.

Terdapat statemen menarik Presiden Prabowo Subianto. Pada rapat kabinet pertamanya di Jakarta. Sebelum para menteri itu dibawa pesawat Hercules menuju Lembah Tidar.

“Eskalasi internasional meningkat. Perang besar bisa terjadi sewaktu-waktu di luar sana. Kita harus menyiapkan perlindungan bagi rakyat. Salah satunya daulat pangan”. Itulah kira-kira salah satu inti statemen itu.

Ada satatemen lagi. Intinya: “Kalau ada pejabat yang tidak sungguh-sungguh bekerja, dipecat saja. Menyusahkan kita saja”.

Statemen itu bisa kita gunakan sebagai instrument membaca alam pikiran presiden kita yang baru itu. Menurut referensi keilmuan dan naluriah kemiliterannya, dunia sedang berpacu menuju perang.

BACA JUGA :  “Soekarnan”, “Prabawan” dan Pertahanan Ekonomi Rakyat?

Indonesia harus menyiapkan perlindungan diri. Daulat pangan, energi, air. Agar tidak menderita oleh dampak perang.

Kabinet pemerintahannya disiapkan memastikan itu. Memastikan Indonesia siap menghadapi situasi buruk akibat perang. Jika terjadi sewaktu-waktu.

Anggota kabinet tidak boleh bekerja dengan santai. Harus berpacu dengan waktu. Maka kini anggota kabinet itu dibawa ke Lembah Tidar. Disiapkan sebagai “Kabinet Perang”.

Eskalasi internasional memang sedang memanas. Persaingan antar kekuatan besar terus menguat.

Seperti AS dengan RRC. Pengaruhnya bisa merembet ke banyak front.

Konflik regional juga mulai merembet meluas. Seperti konflik Israil-Palestina. Menjadi krisis negara-negara Arab.

Maupun Rusia-Uraina. Perseteruannya melibatkan campur tangan NATO.

Iklim global berubah. Diiringi krisis sumber daya. Kelangkaan sumberdaya alam seperti pangan, air dan energi bisa memicu konflik antar kelompok masyarakat. Bahkan antar negara. Bisa merembet dalam skala luas.

BACA JUGA :  Revolusi dalam Sepiring Nasi

Belum lagi perkembangan teknologi militer. Meningkatkan risiko sebagai pemicu perang.

Seperti perkembangan teknologi senjata otonom dan perang siber. Perlombaan senjata merupakan industri pemicu perang yang pengaruhnya besar.

Begitu pula perubahan demografi dan migrasi massal di sejumlah kawasan. Bisa memicu ketegangan sosial dan politik dalam negara. Atau antar negara.

Aura ketegangan global itu bisa kita jumpai di sejumah kawasan. Tidik didih konflik itu bisa kita jumpai di kawasan-kawasan berikut:

Indo-Pasifik. Terjadi persaingan sengit antara AS dan Cina. Termasuk Laut Cina Selatan (LCS) dan Taiwan.

Titik ledak pertengkaran kawasan ini berada pada jarak dekat dari Indonesia. Berada tepat di halaman Indonesia. PekarangaN Indonesia.

Timur Tengah. Terjadi konflik Israel-Palestina. Israil vs Libanon dan Iran. Perang saudara Suriah. Instabilitas Irak.

Eskalasi di Kawasan Teluk mengacam sumber-sumber energi pemasok kebutuhan global.

BACA JUGA :  Mengapa Anies Selalu Disambut Meriah?

Krisis Teluk bisa merembet dan mengancam sumber-sumber energi Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan global.

Afrika juga bergolak. Konflik etnis, kemiskinan, dan perubahan iklim. Memicu ketidakstabilan di banyak negara Afrika. Seperti kasus Somalia, Sudan Selatan, dan Republik Demokratik Kongo.

Begitu pula di Eropa Timur. Ketegangan Rusia-Ukraina. Juga eskalasi Balkan.

Menyeret NATO untuk tidak bisa hidup dengan tenang. Harus selalu siaga dengan cemas.

Membaca situasi itu bisa kita maklumi jika Presiden Prabowo menyiapkan kabinetnya menjadi “kabinet perang”. Kabinet untuk memastikan Indonesia bukan saja menjadi negara maju. Akan tetapi terlindungi dari dampak buruk dari eskalasi-eskalasi global itu.

Mampukah anggota-anggota Kabinet Merah Putih itu mengikuti ritme Presiden Prabowo. Bekerja dengan kecepatan dan disiplin militer?.

Kita tunggu saja.

Abdul Rohman Sukardi
Abdul Rohman Sukardi

ARS (rohmanfth@gmail.com), Jaksel, 24-10-2024***