Sebelumnya, dugaan adanya pencemaran di Kali Bekasi sudah berlangsung sejak awal Agustus 2023 hingga saat ini. Pencemaran ditandai dengan air sungai berwarna hitam pekat, berbau menyengat, berbuih dan kerap didapati ikan bermunculan ke permukaan sungai, diduga akibat kekurangan oksigen.
Di hari tertentu bahkan didapati banyak ikan mati terapung. Namun begitu, alat pendeteksi keasaaman air (Ph) justru menunjukkan angka normal di kisaran 6-9. Sementara temperatur suhu air di kisaran 35 derajat Celcius.
BACA JUGA: Warga di Bantaran Kali Bekasi Diimbau Tetap Waspada
Kondisi ini dikeluhkan masyarakat yang bermukim di bantaran Kali Bekasi. Adalah Sri Pudjiastuti salah satunya. “Baunya sangat mengganggu pernafasan. Bikin sesak nafas,” ungkap Pudjiastuti yang bermukim di perumahan Pondok Gede Permai (PGP), Kota Bekasi. Perumahan ini berdekatan dengan aliran Kali Bekasi.
Sesungguhnya, pencemaran limbah industri di Kali Bekasi sudah berlangsung berbilang tahun.
“Sejak kami pindah sekitar tahun 2015 di PGP, Kali Bekasi sepertinya sudah berbau, mungkin karena pencemaran limbah industri, khususnya di musim kemarau,” ujar Pudjiastuti.
BACA JUGA: Persoalan Sampah dan Limbah Masih Jadi Persoalan Serius di Bekasi
Selain gangguan pernafasan, dampak lainnya adalah mata perih, kulit gatal dan mual, juga rusaknya perabotan rumah tangga yang lengket oleh hawa limbah pencemaran, sebagaimana dikeluhkan beberapa warga lainnya.
Di tempat terpisah, Ketua Komunitas Peduli Sungai Cileungsi Cikeas (KP2C), Puarman, mengatakan pencemaran Kali Bekasi, ataupun Sungai Cileungsi, semakin menghebat di musim kemarau. Ini karena volume air sungai menyusut signifikan.
BACA JUGA: Banyak Manfaat, Mendulang Cuan dari Limbah Patin
Kata Puarman, kondisi Kali Bekasi yang saat ini diduga kembali tercemar limbah sudah dalam pantauan Direktorat Jenderal Hak Azasi Manusia (HAM), Kementerian Hukum dan HAM.
Puarman menambahkan, akibat Kali Bekasi tercemar, produksi PDAM Kota Bekasi terganggu.***