Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Kemenkes, Masyarakat Harus Waspadai TBC

×

Kemenkes, Masyarakat Harus Waspadai TBC

Sebarkan artikel ini
ilustrasi
ilustrasi

wawaianews.id, Jakarta – Penyakit TBC masih menjadi penyakit infeksi mematikan nomor satu di Indonesia. Menteri Kesehatan Nila Djoewita Moeloek mengatakan saat ini Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara dengan pengidap TBC terbanyak di dunia setelah India.

Namun, hal tersebut tak perlu di khawatirkan karena 89% penderita TBC di Indonesia berhasil diobati. Pemerintah telah menyediakan fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan TBC. Sebanyak 360 RS Pemerintah dan Swasta, dan Balai Kesehatan Rujukan TBC RO.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

“Ada 2.304 Puskesmas satelit TBC RO, 9.997 Puskesmas, 2.671 RS Pemerintah dan Swasta dan Balai Kesehatan Paru, 11.220 pelayanan TBC lainnya berupa dokter praktik, mandiri, dan klinik swasta” Kata Menkes, Selasa (26/3)

Beberapa data dan fakta yang Kemenkes keluarkan menyebutkan penyakit ini tidak bisa dianggap remeh. Terlebih penularannya yang mudah sementara penyembuhannya butuh waktu lama.

BACA JUGA :  Sudah Enam Orang Positif Covid-19 di Indonesia

Penyakit Infeksi Menular nomor satu

TBC adalah infeksi penyebab kematian nomor satu di Indonesia dalam kategori penyakit menular. Namun, jika dilihat dari penyebab kematian umum, TBC menempati posisi ke-3 setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut di semua kalangan usia.

Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Dr. M. Arifin Nawas, SpP(K), MARS mengungkapkan bahwa setiap jam ada 8 kasus kematian akibat TBC. Sekitar 140.000 kematian akibat TBC terjadi setiap tahunnya.

TBC paling banyak menyerang laki-laki usia produktif

Kemenkes melaporkan ada 351.893 kasus TBC di Indonesia per tahun 2016, meningkat dari tahun 2015 sebesar 330.729 kasus. Angka penderita TBC di Indonesia selalu bertambah sekitar seperempat juta kasus baru setiap tahunnya.

TBC lebih banyak menyerang laki-laki (60%) daripada perempuan (40%). Proporsi kasus tuberkulosis terbanyak ditemukan pada kelompok usia produktif (25-34 tahun), yaitu sebesar 18,07%, diikuti kelompok umur 45-54 tahun sebesar 17,25 persen. Kasus TBC juga paling banyak ditemukan pada golongan penduduk yang tidak bekerja dan yang tidak sekolah.

BACA JUGA :  Lembaga Eljkman Sebut Perokok Berisiko Terdampak Covid-19

Meski begitu, setiap orang pada dasarnya bisa terkena tuberkulosis apabila Anda memiliki faktor risikonya — sistem imun lemah, kebersihan diri yang tidak terjaga baik, dan tingkat keterpaparan alias seberapa intens dan dekat kontak langsung Anda dengan pasien TBC.

Angka kejadian TBC di rutan dan lapas cukup tinggi

Kejadian penyakit TBC di Indonesia sangat tinggi terutama di perkotaan, tempat padat dan kumuh, serta lingkungan tempat kerja.

Namun, catatan WHO pada tahun 2014 menyebutkan bahwa kasus TBC di rutan dan lapas Indonesia bisa 11-81 kali lipat lebih tinggi daripada populasi umum. Pada tahun 2012 terdapat 1,9 persen populasi tahanan rutan Indonesia yang terinfeksi TB. Angka ini meningkat menjadi 4.3 persen di tahun 2013 dan 4.7 persen di tahun 2014.

Bakteri penyebab TB bisa hidup tahan lama di ruangan berkondisi gelap, lembap, dingin, dan tidak memiliki ventilasi yang baik. Situasi inilah yang terjadi pada kebanyakan lapas dan rutan di Indonesia. Indonesia hanya memiliki 463 rutan yang cukup untuk menampung 105 ribu tahanan. Namun kenyataannya, lapas di Tanah Air diisi hingga 160 ribu orang, alias sangat melebihi kapasitas.

BACA JUGA :  Wali Kota Tanjungpinang Positif Corona, Dirawat di RSUP Kepri

Para tahanan yang terduga TBC tidak dikarantina dalam ruangan khusus. Oleh karena itu, angka penularan TB di lapas terus mengalami peningkatan.

Jawa Barat menempati provinsi dengan kasus TBC baru tertinggi

Menurut Profil Kesehatan Kemenkes RI tahun 2016, Jawa Barat adalah provinsi dengan jumlah total kasus TBC terbanyak pada tahun 2016, yaitu 52.328 orang dengan rincian 29.429 laki-laki dan 22.899 perempuan.

Kemudian disusul oleh Jawa Timur (45.239), Jawa Tengah (28.842), DKI Jakarta (24.775), dan Sumatera Utara (17.798). Kasus TB paling rendah dimiliki oleh Provinsi Gorontalo dengan 1.151 kasus. (Red)