wawainews.id – Catatan Redaksi, sajian sejarah yang ditampilkan ini hanya sebagai pembanding dari tulisan sebelumnya dengan judul ‘Sejarah Keratuan Pugung, Melinting dan Ratu Darah Putih. Tulisan ini diambil dari alamat blogspot milik Muhammad Aji Saka Sang Ratu Darah Putih, di http//keratuandarahputih.blogspot.com.
Jika ada yang kurang, kami sebagai redaksi wawainews.id, hanya sebatas merangkum untuk pembaca portal kami. Sekali lagi kami mohon maaf jika ada yang tidak sesuai, maka kami tunggu tulisan lainnya dari pembaca.
Berawal dari Keratuan Pugung Lampung Timur, pemimpin keratuan pugung saat itu bernama Ratu Galuh atau Ratu Pelebuh Kaco disebut Juga Ratu Pugung. Menurut riwayat turun temurun, yang pertama kali memeluk Islam adalah Minak Raja Jalan yang merupakan adik dari Ratu Pugung, saat itu Sunan Gunung Jati dikenal sebagai seorang Tabib bukan sebagai seorang Sultan. Minak Raja Jalan merupakan Ayah dari Putri Kendang Rarang/Putri Sinar Kaca yang dinikahi oleh Sunan Gunung Jati, dan melahirkan Minak Kejalo Bidien cikal bakal Keratuan Maninting (melinting) yang berada di Meringgai.
Baca Juga : Sejarah Keratuan Pugung, Melinting dan Ratu Darah Putih
Untuk meluaskan Syiar islam, maka diperlukan cakupan yang lebih besar pula, maka Sunan Gunung Jati mengarah kepada Ratu Pugung sebagai penguasa Keratuan Pugung, dengan dasar sudah ada ikatan kekerabatan melalui Minak Raja Jalan, maka misi penyebaran Islam pun dapat berjalan lancar hingga akhirnya Ratu Pugung dan masyarakat pun memeluk Islam.
Setelah keratuan pugung memeluk islam, Sunan Gunung jati memberitahukan jati dirinya yang bukan hanya sebagai Tuan Tabib, melainkan merupakan seorang Sultan dari dari Cirebon juga merupakan cucu dari Raja Siliwangi dari pihak Ibu Nyai Rara Santang / Syarifah Mudaim, sedangkan dari pihak Ayah, Sunan Gunung Jati merupakan putra dari Pemimpin di Mesir, Syarif Abdullah yang nasabnya sampai kepada Nabi Muhammad Rasulullah Sulollahu Alaihi Wasallam melalui Husain bin Ali bin abu Thalib.
Dipinangnya Putri Sinar AlamSebagai seorang Sultan, Syarif Hidayatullah / Sunan Gunung Jati menghadap Ratu Pugung dengan niat meminang Putri dari Ratu Pugung yang bernama Putri Sinar Alam, setelah dilaksanakannya prosesi adat dengan pesta pernikahan, dari itu dimulailah hubungan kekerabatan antara masyarakat pugung dengan cirebon.
Dari Sunan Gunung Jati dengan Putri sinar Alam maka lahirlah putera bernamaMuhammad Aji Saka dengan gelar Minak Kejalo Ratu Minak Kejalo Ratu tumbuh dalam lingkungan Keratuan Pugung tanpa ayahnya Sunan Gunung Jati, karena Sunan Gunung Jati kembali lagi ke pulau jawa untuk memerintah ataupun misi dakwah islam.
Baca Juga : Taman Purbakala Pugungraharjo, Menyimpan Sejarah Peradaban Lampung
Setelah beranjak dewasa Minak Kejalo Ratu berniat menghadap kepada Ayahnya yaitu Sunan Gunung Jati yang berada dicirebon. Berbekal ilmu agama dan ilmu bela diri yang cukup Minak Kejalo Ratu pun berangkat bersama beberapa orang hulubalang.
Pembuktian Perjalanan Minak Kejalo Ratu ketika hendak menemui Ayahnya tidaklah mudah, dizaman itu orang asing sangatlah menarik perhatian jika sedang berada diwilayah baru, dari gaya pakaian yang berbeda, bahasa yang berbeda bahkan warna kulit itu semua membuat orang asing akan sangat menjadi perhatian, maka dalam riwayat turun temurun, bahwa Minak Kejalo Ratu ketika hendak menemui Sunan Gunung Jati banyak banyak melakukan perlawanan dari serangan orang orang yang tidak dikenal, atau dalam istilah saat ini adalah preman sekitar, bahkan sampai pada orang dalem juga pengawal pengawal kesultanan pun turut serta menguji kemampuan Minak Kejalo Ratu, karna sebagian orang menganggap beliau hanya ngaku-ngaku sebagai putra dari Sunan.
Setelah diterima di Cirebon dan bertemu dengan Sunan Gunung Jati, bekal yang dibawa oleh Minak Kejalo Ratu baik obrolan, silsilah keluarga maupun cindera mata semua memang diketahui oleh Sunan, mungkin karena tidak melihatnya tumbuh besar maka Sunan memang sama sekali tidak mengenali Minak Kejalo Ratu.
atas dasar tersebut dan memang sudah kehendak yang Kuasa, maka sunan bermunajat kepada Allah SWT untuk melakukan Pembuktian dengan menggoreskan mata aji (dahi diantara alis) oleh Sunan Gunung Jati, terhadap minak Kejalo Ratu, hal ini dilakukan untuk menghilangkan keraguan Sunan dan sebagai pembuktian apakah Minak Kejalo Ratu benar putera nya atau bukan.
Ikrar pembuktian yang dibuat oleh Sunan tersebut adalah, apabila goresan terebut mengeluarkan Darah berwarna Putih, maka Minak Kejalo Ratu adalah benar Puteranya, namun jika darah goresan tersebut berwarna merah pada umumnya, maka Minak Kejalo Ratu bukanlah puteranya. Atas kehendak Allah yang Maha Kuasa, permohonan Sunan kepada Allah untuk pembuktian dengan menorehkan biji padi ke mata ajinya, dan dari dahinya tersebut mengeluarkan darah yang berwarna putih.
Maka hancurlah keraguan Sunan Gunung Jati terhadap Minak Kejalo Ratu, maka teranglah bahwa Minak Kejalo Ratu adalah Putera dari Sunan Gunung Jati, dan sejak saat itu Minak Kejalo Ratu dikenal dengan nama sang Ratu Darah Putih. (Red)