Oleh : Robby Patria
Menunggu pemimpin baru ataupun pemimpin lama yang mampu menjadikan petani cengkeh Tambelan, Kabupaten Bintan, dan kawasan Pulau Tujuh lainnya di Provinsi berjuluk Bumi Segantang itu sejahtera.
Karena petani cengkeh di Tambelan, Provinsi Kepri, banyak dan dapat menimbulkan banyak manfaat bagi warga yang tak punya cengkih dengan mencari upah memanjat, menjemur cengkih, dan menebas kebon cengkih. Satu hari warga bisa mendapatkan pemasukan lebih 4 dolar AS dari bagi hasil ketika panen cengkih.
Misalnya upah menjemur cengkih per hari ibu ibu atau laki laki bisa mendapatkan Rp20 ribu tugasnya hanya mengangkat jemuran cengkih saat pagi mengeluarkan dan sore menyimpan. Itu saja tugasnya. Kemudian, upah memisahkan buah cengkih dari gagang cengkih. Per kilogram Rp1000 dibayar. Sedangkan upah manjat cengkih berkisar tujuh sampai delapan ribu rupiah per Kg dari timbangan cengkih basah.
Ketika musim panen tiba yang biasanya di pertengahan tahun, maka bukan hanya petani yang punya batang dapat manfaat, tetapi warga yang tidak punya pohon cengkih pun dapat manfaat. Hingga anak anak SD bisa dapat uang dari memisahkan cengkih dari gagang. Kerjanya yang mudah. Asal tahan duduk sekalian nonton tivi.
Jadi cengkih ini memberikan banyak manfaat bukan hanya pemilik kebon namun masyarakat setempat. Tak heran jika banyak Pemda di wilayah Indonesia bagian timur memberikan perhatian yang besar kepada sektor ini. Karena terbukti ampuh untuk membantu perekonomian warga dengan mudah.
Ketika harga cengkih tepongkeng murah di bawah Rp60 ribu per Kg, banyak petani cengkih menahan, cengkih hingga bertahun-tahun untuk disimpan di gudang. Karena kalau dijual rugi. Harga cengkih sekarang terjun bebas dari sebelumnya Rp100 ribu/Kg.
Perlu peran pemerintah melalui dinas pertanian, kalau ada untuk menyelamatkan petani petani cengkih agar bisa balik modal. Karena anjloknya harga cengkeh sendiri tentu bukan di wilayah Kepri saja, tetapi hampir seluruh wilayah Indonesia yang masih bertahan dengan budidaya tanaman tersebut.
Misalnya dengan menjelajahi pabrik pabrik rokok di Jateng dan Jatim agar secara langsung menerima cengkih Tambelan, Bintan sehingga harga bisa mahal sedikit. Minimal ada upaya membantu petani. Jangan dibiarkan harga cengkih tersungkur dan harga rokok meroket. Petani cengkih seolah olah tidak mendapat sentuhan.
Kemudian alternatif yang lebih konservatif, bisa saja pemerintah melalui badan usaha khusus membeli cengkih cengkih petani kemudian menyimpan di gudang tertentu. Setelah harga tinggi, dijual kembali. Atau usaha usaha lainnya dengan memberikan anggaran ketahanan petani.Peran ini sekarang diambil pedagang dengan modal besar. Tapi tetap saja harga beli rendah. Beda dengan pemerintah turun tangan.
Sejauh ini, petani petani di Tambelan berjalan dengan sendirinya seperti tanpa ada peran pemerintah. Ya, jika peran tadi memang memerlukan duit, cengkih pun tetap dijual dengan tauke. Walaupun harga tidak sesuai harapan.
Di Tambelan, kebon kebon cengkih warga terbilang banyak. Berhektar-hektar. Mulai dari wilayah Pulau Tambelan besar hingga Pulau Benua. Ada cengkih berumur muda dan cengkih yang sudah puluhan tahun. Cengkih bagi warga Tambelan memang bukan hasil utama. Karena petani selain menanam cengkih juga menanam tumbuhan lain.
Tapi dengan harga cengkih yang tinggi, tentu akan menambah kesejahteraan masyarakat Tambelan bukan hanya petani cengkih namun juga warga yang tidak memiliki kebon cengkih. Warga menanti kebijakan keberpihakan pemerintah terhadap petani petani. Memerlukan sentuhan tangan tangan yang berpihak kepada petani petani. *
Robby Patria mantan wartawan di Kepri dan Ketua KPU Kota Tanjungpinang