BANDUNG – Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo, telah menyiapkan sejumlah bantuan bagi pembudidaya KJA di Waduk Cirata untuk beralih metode budidaya guna mendukung program Citarum Harum.
“KKP siap menggelontorkan bantuan kepada pembudidaya melalui berbagai program bantuan seperti budidaya ikan sistem bioflok, bantuan alat berat (excavator), pakan mandiri, untuk pembudidaya yang siap untuk beralih metode budidaya tanpa meninggalkan profesi budidaya yang sudah menjadi keahlian masyarakat,”ujar Menteri Edhy, pada dialog dengan sejumlah pembudidaya Keramba Jaring Apung (KJA) di Waduk Cirata, Jumat (3/1).
Selain bantuan, lanjutnya ada kegiatan pendampingan metode dan teknologi oleh para penyuluh maupun unit pelaksana teknis KKP akan terus digalakkan untuk mendukung produksi ikan nasional.
Dia mengaku khawatir dengan adanya penertiban KJA yang dapat menghilangkan mata pencaharian masyarakat pembudidaya. Namun di lain pihak, penertiban tetap harus dilakukan untuk menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan.
“Untuk itu kami perlu dilakukan kajian yang komperehensif terkait daya dukung dan keterhubungan penurunan kualitas waduk Cirata dengan aktifitas budidaya di KJA. Saya setuju untuk penertiban yang dilakukan dapat menyasar ke pengusaha dan KJA yang mangkrak terlebih dahulu, bukan menyasar ke KJA milik masyarakat yang menggantungkan hidupnya dengan berbudidaya ikan” tegas Menteri Edhy.
Sebetulnya telah lahir Keputusan Gubernur No. 660.31/Kep.923-DKP/2019 tentang jumlah karamba jaring apung di Waduk Cirata, Waduk Saguling dan Waduk Jatiluhur yang memenuhi daya dukung lingkunga, namun masyarakat merasa bahwa jumlah KJA yang diperbolehkan beroprasi masih terlalu sedikit.
Menteri Edhy menyebutkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berkomitmen untuk mencari jalan keluar untuk permasalahan ini dengan melakukan konsolidasi antara pemerintah pusat dengan daerah, TNI/Polri, dan terutama dengan masyarakat sebagai stakeholder.
“Kami mohon juga Pemda dan BPWC bersedia untuk menyiapkan lahan yang akan dibuat untuk usaha berbagai kegiatan budidaya dan pengolahan. Bisa untuk usaha pembesaran ikan, cacing sutera, pembenihan, pakan serta usaha budidaya ikan lainnya”, lanjut Edhy.
Sementara itu, Bupati Bandung Barat, Aa Umbara Sutisna menyatakan siap untuk mendukung program pemerintah, khususnya program Citarum Harum yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo. “Kami berharap kehadiran Menteri Edhy untuk berdialog bersama pembudidaya hari ini dapat memberikan solusi khususnya bagi penduduk asli di sekitar waduk” tutup Aa Umbara.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto dalam keterangannya berharap bahwa kegiatan restocking ini diikuti dengan manajeman pengelolaan yang baik, diantaranya dapat dilakukan penguatan kelembagaan untuk pengelolaan perikanan berbasis budidaya atau Culture Based Fisheries(CBF).
“CBF ini memiliki konsep benih ikan yang ditelah direstocking dibiarkan tumbuh secara alami dengan memanfaatkan pakan alami yang tersedia hingga mencapai ukuran siap konsumsi. Konsep ini menjadi model yang efektif untuk pengelolaan perikanan berkelanjutan di perairan umum daratan, karena pengelolaan yang lebih terukur, disamping menjadi bagian dari alternatif usaha masyarakat” papar Slamet.
Sebagai informasi, di Srilangka setiap hasil tangkapan yang dilakukan dipungut biaya semacam retribusi yang dilakukan oleh gabungan kelompok masyarakat nelayan/pembudidaya disana untuk kemudian uang yang terkumpul digunakan untuk pembelian benih ikan yang akan direstocking.
“Saya mendapat laporan bahwa konsep ini juga telah dijalankan beberapa waktu yang lalu di Cirata, dan saya berharap konsep ini dapat dihidupkan kembali” tutup Slamet. (Handi)