Scroll untuk baca artikel
Teknologi

Komdigi Bekukan Layanan Worldcoin dan WorldID?

×

Komdigi Bekukan Layanan Worldcoin dan WorldID?

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi aplikasi worldcoin

JAKARTA – Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) bergerak cepat dengan membekukan sementara Tanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik (TDPSE) layanan Worldcoin dan WorldID sebagai langkah antisipatif terjadi kebocoran data masyarakat.

Selanjutnya Komdigi akan memanggil PT Terang Bulan Abadi dan PT Sandina Abadi Nusantara untuk memberikan klarifikasi atas dugaan pelanggaran ketentuan penyelenggaraan sistem elektronik yang sempat viral di Kota Bekasi ini.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Komdigi Alexander Sabar menjelaskan bahwa langkah penghentian tersebut diambil menyusul laporan masyarakat mengenai aktivitas mencurigakan yang berkaitan dengan layanan Worldcoin dan WorldID.

“Sebagai langkah preventif menghentikan pengoperasian worldcoin dan worldID untuk mencegah potensi risiko terhadap masyarakat. Kami juga akan memanggil PT Terang Bulan Abadi untuk klarifikasi resmi dalam waktu dekat,”ungkap Alexander Sabar melalui keterangan resminya di Jakarta, Minggu (4/4/2025)

BACA JUGA :  PARAH! Oknum Pegawai Komdigi Lindungi Situs Judol, Bikin Kantor di Bekasi

Diketahui sebelumnya beredar kabar seorang warga Bekasi Timur menerima bayaran hingga Rp800 ribu usai melakukan pemindaian retina.

Investigasi Kominfo mengungkap bahwa PT Terang Bulan Abadi, penyelenggara Worldcoin di Indonesia, idak terdaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE).

Sementara itu, TDPSE yang digunakan ternyata milik PT Sandina Abadi Nusantara, sebuah badan hukum berbeda.

“Ini pelanggaran serius. Setiap platform digital wajib terdaftar dan bertanggung jawab atas perlindungan data pengguna,”tegas Alexander.

Seperti diketahui, Layanan World App merupakan pintu masuk untuk mendapatkan Worldcoin, dan telah membuka pendaftaran offline di 29 kota di Indonesia, termasuk di Kota Bekasi.

Lokasi pendaftaran di Kecamatan Bekasi Timur sempat ramai dikunjungi warga, mulai dari remaja hingga lansia.

“Katanya dapat uang Rp200 ribu sampai Rp800 ribu. Tapi ternyata harus scan bola mata. Saya kira cuma verifikasi biasa,” kata Andi (32), salah satu warga Kelurahan Margahayu yang mengantre.

BACA JUGA :  EHang 216, Kendaraan Udara Otonom Resmi Lakukan Demo

Proses pemindaian retina menggunakan perangkat Orb ini menuai kontroversi karena data biometrik pengguna dikumpulkan tanpa penjelasan transparan tentang penggunaannya.

Pembekuan ini menjadi peringatan keras bagi perusahaan teknologi yang beroperasi di Indonesia tanpa mematuhi aturan perlindungan data.

Worldcoin Proyek Kripto?

Indonesia menjadi salah satu tujuan ekspansi proyek uang kripto Worldcoin milik CEO OpenAI Sam Altman. Fenomena Worldcoin mulai nampak pada awal 2024, ketika perusahaan Tools for Humanity secara agresif membuka titik-titik pendaftaran Worldcoin di kota besar Indonesia.

Dengan iming-iming token yang bisa menjadi uang, ribuan warga rela antre untuk memindai bola mata mereka di perangkat berbentuk bulat futuristik yang disebut “Orb”.

Sebab, setelah memindai iris mata melalui perangkat Orb, pengguna akan mendapatkan World ID, serta hadiah token Worldcoin (WLD) yang nilainya berkisar ratusan ribu rupiah

Namun, kehadiran Worldcoin mulai menuai sorotan dari otoritas dan pakar teknologi di Indonesia. Kekhawatiran utama adalah pengumpulan data biometrik, terutama retina mata, yang sangat sensitif dan tidak bisa diubah jika bocor.

BACA JUGA :  Akhirnya, Kawasan Baduy Dalam di Lebak Bebas dari Sinyal Seluler

Apa itu Worldcoin?

Worldcoin adalah proyek uang kripto di bawah naungan Tools for Humanity yang berbasis di San Fransisco dan Berlin. Menariknya, proyek yang satu ini hanya dapat dibuat dan digunakan oleh manusia sungguhan.

Diketahui, untuk mendapatkan World ID atau akun kripto Worldcoin, para calon pengguna harus melakukan pemindaian iris mata, dengan tujuan agar pengguna dapat membedakan antara orang sungguhan dengan robot AI daring.

Meski memindai iris mata, dalam situs resminya pihak World memastikan data pribadi yang dibagikan dengan World dienkripsi selama transit dan saat disimpan.

Selain itu, World Foundation dan perusahaan kontributor Tools for Humanity tidak pernah dan tidak akan pernah menjual data pribadi apa pun, termasuk data biometrik. Dibekukan Komdigi.***