Scroll untuk baca artikel
LampungPendidikan

Kopertais 15 Kemenag Lampung “Tutup Mata”? Dugaan Penggelapan Dana KIP Kuliah di Unisla Metro Jadi Misteri Senyap

×

Kopertais 15 Kemenag Lampung “Tutup Mata”? Dugaan Penggelapan Dana KIP Kuliah di Unisla Metro Jadi Misteri Senyap

Sebarkan artikel ini
Foto: Suasana halaman Kampus Universitas Islam Lampung (Unisla) Metro saat wartawan melakukan konfirmasi, Selasa 21 Oktober 2025, (foto_sm)

LAMPUNG — Aroma tak sedap dari dapur akademik Universitas Islam Lampung (Unisla) Kota Metro makin tercium. Dugaan penggelapan dana Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah yang sejatinya ditujukan untuk mahasiswa kurang mampu, kini berubah jadi drama sunyi penuh tanda tanya.

Dan, anehnya, sang wasit Kopertais Wilayah XV Kementerian Agama Lampung justru memilih posisi paling aman, diam seribu bahasa.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Padahal, sejumlah bukti kuat mulai dari kwitansi penyerahan dana hingga pengakuan mahasiswa penerima KIP sudah beredar bak kabar di grup WhatsApp alumni, cepat, ramai, dan susah dibantah.

Namun, alih-alih turun tangan, pihak Kopertais seolah sedang menjalani “puasa bicara”, bahkan setelah hampir sepekan dikonfirmasi.

BACA JUGA :  Guru Penggerak Miliki Kesempatan Jadi Kepala Sekolah

Beberapa mahasiswa yang mencoba mencari keadilan pun justru mengaku mendapat tekanan. Bukan tambahan beasiswa, tapi tekanan mental agar tak banyak bicara. Ironi akademik ala negeri sendiri.

Benteng Integritas yang Retak

Sebagai lembaga koordinatif di bawah Kementerian Agama, Kopertais sejatinya punya tugas mulia, membina, mengawasi, dan menjaga marwah perguruan tinggi Islam swasta. Tapi dalam kasus ini, lembaga tersebut tampak seperti penjaga gerbang yang tertidur di jam dinas.

“Kalau Kopertais diam saja saat ada dugaan penggelapan dana mahasiswa miskin, lalu di mana nilai keislaman dan tanggung jawab moralnya?” sindir salah satu pemerhati pendidikan Islam di Lampung dengan nada getir.

Sikap bungkam ini, menurutnya, bukan sekadar masalah administrasi, tapi soal krisis moral kelembagaan. “Integritas itu tak bisa diajarkan lewat ceramah, tapi lewat keberanian menegakkan kebenaran,” tambahnya.

BACA JUGA :  Bayi Laki-laki Ditemukan di Gubukan Pecel Pekalongan Lamtim, Polisi Buru Pelaku

Program Mulia, Praktik Nista

KIP Kuliah sejatinya dirancang sebagai bentuk kasih sayang negara bagi anak bangsa yang tak mampu. Namun, ketika dana bantuan itu malah berbelok arah entah ke kantong siapa semangat mulia itu berubah jadi bahan lelucon getir.

“Dari ‘Kartu Indonesia Pintar’ jadi ‘Kartu Indonesia Pailit’,” celetuk salah satu mahasiswa dengan nada sarkas. Ia mengaku tak tahu nasib uang bantuan yang seharusnya ia terima penuh.

Lucunya, meski banyak pihak sudah bersuara, hingga berita ini diturunkan Sekretaris Kopertais Wilayah XV Lampung tetap tidak bersuara sama sekali. Barangkali sedang istighfar panjang sebelum menjawab. Atau mungkin menunggu “fatwa keberanian” dari entah siapa.

BACA JUGA :  Asyiik ... Rp14 Miliar untuk Bayar THR ASN Disiapkan Pemkab Tubaba

Integritas kalangan akademik diuji, kini publik menunggu langkah nyata Kopertais. Apakah mereka akan terus duduk manis di kursi pengawasan sambil menatap layar ponsel tanpa membuka pesan konfirmasi?
Ataukah akan bangkit, menegakkan amanah moral dan keagamaan sebagaimana sumpah jabatan yang dulu diucapkan?

Karena diam, dalam kasus ini, bukan lagi emas. Tapi bisa jadi besi berkarat yang mencoreng nama baik pendidikan Islam itu sendiri.

Kalau lembaga pengawas ikut “pura-pura tak tahu”, lalu siapa yang sebenarnya pintar di balik dana Kartu Indonesia Pintar ini?***