LEBAK – Ratusan warga terdampak banjir di pengungsian desa Sukajaya, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, membutuhkan bantuan logistik terutama selimut, peralatan mandi seperti handuk dan alat pel.
Desa Sukajaya, menjadi salah satu wilayah terdampak banjir bandang dan longsor terparah dibanding desa lainnya dibanding desa lainnya di Kecamatan Sajira, Kabupateb Lebak karena dia berdekatan langsung dengan Sunhai Ciberang.
Hingga kini ribuan pengungsi di wilayah Kecamatan Sajira dari enam desa masih berada di pengungsian. Warga masih trauma kembali ke rumahnya khawatir bencana susulan.
Kepala Desa Sukajaya, Asep Sarbini, mengaku banyak pengungsi masih trauma dan tetap bertahan di pengungsian. Hal tersebut selain rumahnya yang hancur kuga karena lumpur setinggi satu meter lebih masih menyelimuti lingkungan pemukiman warga.
“Desa Sukajaya ada seratus lebih rumah hancur dan 500 rusak parah dan ringan. Saat ini kami membutuhkan tenaga sukarelawan untuk membersihkan pemukiman warga,”ungkap Asep Sarbini ditemui di kantor BPBD Lebak, kepada Wawai News, Sabtu (11/1/2020).
Dia juga berharap kepada dermawan yang ingin membantu meringankan beban korban bencana bisa diberikan langsung kepada titik lokasi yang membutuhkan. Hal tersebut untuk kebib tepat sasaran dan melihat langsung suasana di Posko pengungsian.
“Banyak cerita menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Karenanya dermawan diharapkan bisa mengantar langsung bantuan kemanusiaan ke titik lokasi pengungsian melalui kantor desa,”tukasnya.
Menurutnya ada beberapa desa di Kecamatan Sajira yang terdampak parah antaranya desa Sukajaya, Sukarame atau Sadira Induk.
Dia juga mengklaim bahwa dari sisi logistik seperti makanan sudah kondusif. Tetapi warga masih kekurangan terkait peralatan selimut, handuk dan alat pel untuk membersihkan rumah.
Banjir bandang yang melanda wilayah Sajira berimbas ke beberapa desa setempat. Asep mengatakan bahwa banjir tahun 2020 menjadi bencana terdahsyat sepanjang sejarah.
Diakuinya memang kerap terjadi banjir tetapi tidak pernah sampai memporak porandakan pemukiman penduduk.
“Warga kami saat ini di pengungsian hanya bisa pasrah dan berharap infrstruktur dan pemukiman mereka bisa dibangun kembali oleh Pemerintah,”papar Asep.(Handi)