Scroll untuk baca artikel
Hukum & Kriminal

Korban Pembacokan Brutal Mantan Kakon di Tanggamus Masih Kritis, Polisi Masih Buru Pelaku

×

Korban Pembacokan Brutal Mantan Kakon di Tanggamus Masih Kritis, Polisi Masih Buru Pelaku

Sebarkan artikel ini
Johan (56) warga Kota Agung Barat menjadi korban pembacokan brutal oleh mantan Kepala Pekon di Wonosobo, Tanggamus, Jumat 14 November 2025 - foto doc ist

TANGGAMUS Johan Rasid (56), warga Kota Agung Barat, masih berada di antara hidup dan mati di ruang ICU salah satu rumah sakit di Pringsewu setelah menjadi korban pembacokan brutal yang diduga dilakukan JN (54), mantan Kepala Pekon Negeri Ngarip, pada Jumat pagi (14/11/2025).

Luka yang diderita Johan bukan sekadar goresan: usus kecil putus, salah satu paru-paru robek, serta luka dalam pada lambung. Tubuhnya menjadi saksi bisu bagaimana konflik dua orang yang saling mengenal bisa meledak menjadi kekerasan paling ekstrem.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

“Korban kritis di rumah sakit wilayah Pringsewu. Kondisinya masih koma dengan luka berat,” ujar anggota keluarga, kepada wawai news dikonfirmasi Sabtu (15/11).

Mereka menambahkan, hingga kini tidak ada kabar apakah pelaku sudah tertangkap atau masih berkeliaran.

Yang membuat publik menggelengkan kepala adalah fakta bahwa korban dan pelaku bukan dua orang asing yang bertengkar karena perkara sepele.

BACA JUGA :  Bayi 4,5 Bulan di Tanggamus, Butuh Uluran Tangan

Kedua antara korban dan pelaku masih bisa dibilang berdekatan rumahnya dan lama saling mengenal, bahkan pernah berbisnis bersama dalam jual beli kayu olahan.

Relasi yang awalnya cair itu entah bagaimana berubah menjadi tragedi, menyisakan tanda tanya sebesar-besarnya tentang motif penyerangan. Hingga kini, motif itu masih seterang atau setidak terangnya kios kosong lokasi kejadian.

Kapolsek Wonosobo Iptu Tjasudin membenarkan pihaknya sudah melakukan upaya paksa. “Tadi subuh kami geledah rumah JN dan rumah adiknya. Semua ruangan dan tempat-tempat yang memungkinkan untuk bersembunyi sudah kami periksa, tapi tidak ditemukan,” ujarnya.

Tak hanya rumah keluarga inti, tempat kerabat lain juga diperiksa, namun hasilnya tetap nihil. Polisi kemudian mengimbau keluarga pelaku agar mendesak JN menyerahkan diri.

“Pertama untuk keselamatan JN sendiri, kedua agar keluarga aman, dan ketiga supaya masalah ini cepat selesai,” tambahnya.

BACA JUGA :  SMKN 1 Kotaagung, Siap Gelar KBM Tatap Muka

Tim gabungan Tekab 308 Polres Tanggamus juga sudah dikerahkan. Namun hingga kini, pencarian masih terus dilakukan.

Untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak di inginkan kepolisian setempat telah mempertemukan kepala pekon Negri Ngarip ( warganya/mantan kakon) serta kakon Bandar Kejadian untuk meredam keluarganya jangan sampai berbuat anarkis.

Dari Cekcok Singkat ke Aksi Pembantaian Jalanan

Informasi yang dihimpun menunjukkan kejadian berlangsung sekitar pukul 10.00 WIB di depan kios kosong milik Edi Fachrurrozi. Apa pemicunya? Tidak ada yang benar-benar tahu.

Yang jelas, cekcok kecil antara dua pria paruh baya itu mendadak berubah menjadi adegan kekerasan ekstrem ketika JN diduga menghunus senjata tajam dan menusukkan berkali-kali ke tubuh Johan.

Saksi mata melihat korban yang bersimbah darah masih sempat berlari sempoyongan menuju simpang Pekon Wonosobo sambil berteriak meminta pertolongan.

Sementara itu, pelaku dengan tenangnya kabur menggunakan Suzuki Thunder 125 merah motor yang kini di kalangan warga disindir sebagai Thunder of Escape,” simbol pelarian paling populer di Tanggamus minggu ini.

BACA JUGA :  Komplotan Pencuri Kabel CBL di Tanggamus Dibekuk, Satu DPO

Johan sempat dilarikan ke RSUD Batin Mangunang sebelum akhirnya dirujuk ke RS Mitra Husada Pringsewu untuk menjalani operasi darurat akibat lima luka tusukan dalam.

Tak butuh waktu lama, kabar ini membanjiri media sosial dan grup WhatsApp warga. Nada ancaman mulai bermunculan, menandakan bara kemarahan keluarga dan kerabat korban.

Situasi ini membuat kepolisian turun berjaga di sekitar rumah korban hingga malam demi mencegah aksi balas dendam yang berpotensi meluas ke rumah pelaku.

Kasus ini bukan hanya tentang penganiayaan berat. Ia berubah menjadi potret retaknya relasi sosial di tingkat akar rumput, memicu ketegangan horizontal yang siap meledak kapan saja.

Sementara itu, pelaku mantan pejabat desa yang kini menjadi buronan kampung halaman masih entah di mana.***