Opini

KTT Asean, G20 dan Perubahan Politik Jokowi

×

KTT Asean, G20 dan Perubahan Politik Jokowi

Sebarkan artikel ini

Myanmar dan Rusia adalah sekutu Peking/RRC. Sikap Jokowi yang terkesan berubah penting dicatat karena selama ini Jokowi menjadi “anak emas” RRC. Bahkan, sampai detik-detik terakhir sebelum G20, Jokowi berharap KCIC (Kereta Cepat Jakarta China) Bandung-Jakarta dapat diresmikan Xi Jin Ping, di sela kunjungannya ke Indonesia.

BACA JUGA: Presiden Jokowi Temu Raya Alumni Program Kartu Prakerja

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Kita bersyukur melihat Jokowi berubah ke arah blok global order yang mementingkan demokrasi dan HAM. Namun, Jokowi tidak bisa terlalu lama di tengah. Sebab, China dan Rusia pasti akan mengevaluasi posisi Jokowi terhadap afiliasinya selama ini.

BACA JUGA :  Serahkan Zakat, Jokowi Luncurkan Gerakan Cinta Zakat

Spekulasi pertama yang terlihat adalah batalnya rencana Xi Jin Ping meresmikan projek kereta cepat pertama di Asean ini. Bukan hanya tidak meresmikan, isu kereta cepat saat ini malah sudah kehabisan dana operasional, sehingga projek akan mangkrak, jika tidak ada suntikan negara kita. Padahal selama ini pemerintah China berencana memberikan bantuan besar tanpa resiko APBN kita.

BACA JUGA: Pilih Pemerintahan Jokowi atau Keselamatan NKRI?

Spekulasi kedua adalah kemungkinan Indonesia tidak akan dimasukkan dalam BRICS, sebuah persekutuan negara ekonomi alternatif. Padahal, selama ini Indonesia mempunyai kesempatan untuk bisa bergabung dengan BRICS (Brazil, Rusia, India, China dan South of Africa), sehingga memperkuat posisi tawar Indonesia dalam global order.

BACA JUGA :  King Mikir, King Maker, King Makar

Penutup

KTT Asean dan G20 membawa perubahan sikap Jokowi atas isu perpanjangan masa jabatan Presiden. Jokowi telah mengatakan akan lengser dan menjadi pecinta lingkungan, pada tahun 2024.

BACA JUGA: Direktur Gerakan Perubahan Sebut Presiden Jokowi Layak Dijuluki Bapak Utang

Padahal selama ini Jokowi mengapresiasi kelompok-kelompok anti demokrasi yang menyuarakan perpanjangan masa jabatan dan atau 3 periode Jokowi sebagai bagian demokrasi. Dalam hubungannya dengan Myanmar dan Putin, Jokowi memperlihatkan sikap anti kekerasan, khusus soal Putin, setidaknya tidak mengatakan kecewa atas ketidak hadiran Putin.

Kita berharap Indonesia dapat berperan besar dalam G20. Selain sebagai “event organazer”, Indonesia dapat membicarakan keadilan tatanan global dan solidaritas. Paska pandemi seluruh dunia mengharapkan adanya order global, yang selama ini dikuasi barat dengan perspektif barat sentris, ke arah dunia yang multipolar dan menekankan kebersamaan.

BACA JUGA :  Presiden Versus Panca Sila

BACA JUGA: Mau Tahu Tabiat Asli Jokowi?, Lihat dan Kenali Polisi

Semoga Jokowi benar-benar pro demokrasi dan lalu mengkoreksi berbagai kebijakannya yang selama ini terlalu banyak melakukan kriminalisasi ulama, aktifis politik dan tokoh-tokoh lingkungan. (*)