WAWAINEWS – Kurikulum Merdeka yang baru diluncurkan oleh menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim merupakan solusi untuk mengatasi krisis pembelajaran akibat pandemi COVID-19.
Kurikulum Merdeka sebelumnya bernama Kurikulum Prototipe dan telah diterapkan di hampir 2.500 Sekolah Penggerak dan 901 SMK Pusat Keunggulan.
Kurikulum itu sendiri untuk mendorong Merdeka Belajar Episode ke-15 bertajuk Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar’, secara daring, Jumat (11/2/2022) kemarin.
Menteri Nadiem mengatakan, Kurikulum Merdeka lebih sederhana dan mendalam karena kurikulum ini akan fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya.
Keunggulan kedua, kurikulum ini tidak ada program peminatan bagi siswa jenjang SMA.
Artinya, tenaga pendidik dan peserta didik akan lebih merdeka. Peserta didik diberi kebebasan untuk memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya.
Sedangkan bagi guru, mereka akan mengajar sesuai tahapan capaian dan perkembangan peserta didik.
Kemudian sekolah memiliki wewenang untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik.
Keunggulan berikutnya dari penerapan Kurikulum Merdeka ini menurut Menteri Nadiem adalah lebih relevan dan interaktif.
Pembelajaran dapat dilakukan melalui kegiatan proyek di mana hal ini akan memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk aktif mengeksplorasi isu-isu aktual.
Misalnya isu lingkungan, kesehatan, dan lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila.
Terkait penerapan Kurikulum Merdeka, Nadiem mengatakan, sekolah dapat memilih tiga opsi dalam mengimplementasikan kurikulum tersebut pada Tahun Ajaran 2022/2023.
Pertama, menerapkan beberapa bagian dan prinsip Kurikulum Merdeka tanpa mengganti kurikulum satuan pendidikan yang sedang diterapkan.
Pilihan kedua, sekolah dapat menerapkan Kurikulum Merdeka menggunakan perangkat ajar yang sudah disediakan. Ketiga, menerapkan Kurikulum Merdeka dengan mengembangkan sendiri berbagai perangkat ajar.
“Dengan Merdeka Belajar, tidak akan ada pemaksaan penerapan (Kurikulum Merdeka) ini selama dua tahun ke depan,” tegas Nadiem dalam keterangan tertulis Sabtu (12/2/2022).
Mulai tahun ini, Kurikulum Merdeka dapat diterapkan di seluruh satuan pendidikan, mulai dari TK-B, SD dan SDLB kelas I dan IV, SMP dan SMPLB kelas VII, SMA dan SMALB dan SMK kelas X. Artinya, tidak hanya sebatas pada Sekolah Penggerak saja.
Nadiem menegaskan kembali bahwa kurikulum ini merupakan pilihan bagi sekolah berdasarkan kesiapannya masing-masing.
“Tolong diingat bahwa kurikulum ini adalah opsi atau pilihan bagi sekolah, sesuai dengan kesiapannya masing-masing. Tidak ada transformasi proses pembelajaran kalau kepala sekolah dan guru-gurunya merasa terpaksa,” kata Menteri Nadiem.
“Kunci keberhasilan sebuah perubahan kurikulum adalah kalau kepala sekolah dan guru-gurunya memilih untuk melakukan perubahan tersebut,” imbuhnya.
Penerapan Kurikulum Merdeka didukung melalui penyediaan beragam perangkat ajar serta pelatihan dan penyediaan sumber belajar guru, kepala sekolah, dan dinas pendidikan yang dapat diakses melalui platform Merdeka Mengajar.(*)