OpiniPendidikan

Kurnain : Catatan Kritis Dunia Pendidikan Masa Pandemi Covid 19

×

Kurnain : Catatan Kritis Dunia Pendidikan Masa Pandemi Covid 19

Sebarkan artikel ini

Opini Kurnain, S.IP

Hampir dua tahun lebih kita mengalami masa pandemi covid 19. Masa yang begitu sulit untuk kita jalani. Merubah budaya yang sebelumnya tidak ada larangan untuk kita berkerumun, bertatap muka secara berdekatan. Di masa pandemi ini membuat diri kita untuk terpaksa menjaga jarak satu sama lain.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Begitu pula dengan dunia pendidikan kita hari ini. Metode pembelajaran pun harus menyesuaikan dengan situasi saat ini.
Praktek belajar mengajar saat ini dilakukan dengan metode daring (dalam jaringan) yang mengharuskan prosesnya dilakukan dengan jarak berjauhan.

Lalu, pertanyaannya apakah sudah efektifkah metode daring tersebut dengan melihat peningkatan kualitas siswa, jika memang dirasa kurang efektif, solusi apa yang bisa diterapkan untuk menjawabnya.

Sebelumnya, saya ingin mengeksplore hasil sharing dengan beberapa wali murid yang menyuarakan kelemahan metode pembelajaran melalui daring.

Dalam penerapan belajar daring ini, tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan belajar, yang dipicu oleh beberapa faktor :

Pertama, siswa yang belum memiliki hp android, siswa yang belum mengetahui banyak tentang penggunaan teknologi, kasus ini banyak terjadi pada siswa tingkat TK dan SD (Sekolah Dasar) bahkan tingkat SMP.

BACA JUGA :  Idiologi Jakarta: Perubahan dan Kemajuan

Selain itu, masalah lain yang dialami siswa adalah jaringan seluler yang tidak memadai. Hal ini merupakan tantangan besar bagi siswa dan tak terkecuali bagi orang tua karena orang tualah yang dituntut untuk mendampingi siswa dalam proses belajar daring tersebut, realita yang ada juga tidak sedikit orang tua yang tidak paham penggunaan teknologi, jelas hal ini akan menghambat keaktifan siswa dalam proses belajar daring ini. Ditambah lagi kendala terkait ketidakmampuan banyak orang tua/wali murid untuk membeli kuota internet.

Kedua, kurangnya interaksi fisik antara guru dan siswa karena dalam pembelajaran daring siswa hanya diberikan tugas melaui via whatsapp. Kebanyakan siswa kesulitan dalam mengerjakan tugas dikarenakan tidak ada penjelasan-penjelasan awal dari guru tentang tugas yang dibebankan tersebut.
Peserta didik hanya dituntut untuk mengerjakan tanpa mendapatkan penjelasan terlebih dahulu. Yang ada siswa diberi tugas-dikerjakan-kirim lagi jawaban ke guru melalui WhatsApp. Tanpa ada evaluasi atas kemampuan dari masing masing siswa. Akibatnya banyak siswa yang mengeluh dan tidak bersemangat lagi dalam mengerjakan tugas.

Ketiga, akibat kurangnya interaksi langsung antara guru dan siswa, otomatis berkuranglah internalisasi nilai-nilai karakter yang semestinya harus ditanamkan seorang guru dan sesuai dengan semangat konsep sistem pendidikan yang dibangun. Ini akan mengakibatkan degradasi moral pada anak atau siswa, karena tugas seorang guru bukan hanya mengajar, mentrasferkan ilmu pengetahuan (pelajaran) saja, tetapi seorang guru juga dituntut untuk mendidik (pembentukan akhlak dan karakter) siswa.

BACA JUGA :  Corak Idiologis Pendukung Capres, Kalian yang Mana?

Namun, hal ini tidak boleh mematahkan semagat guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik, tidak boleh mematahkan semagat siswa dalam belajar, pandemi covid ini tidak boleh mematahkan semangat dan harapan kita semua.

Hanya saja perlu ada peran pemerintah yang maksimal dalam mangatur konsep metode pembelajaran yang benar-benar dianggap efektif. Dalam hal ini saya mencoba sisipkan beberapa solusi agar pemerintah Daerah tidak hanya sekedar mengikuti intruksi atasannya dengan adanya larangan sekolah tatap muka. Tanpa ada imajinasi pemikiran dalam menciptakan metode yang efektif. Peran pemerintah yang harus dilakukan Diantaranya;

  1. Galang konsolidasi stakeholder untuk Melakukan evaluasi secara menyeluruh atas metode belajar mengajar daring ini, sejauhmana kelemahan kelemahan nya. Termasuk evaluasi dan rekomendasi terhadap efektifitas interaksi antara guru-murid-walimurid.
  2. Ciptakan dan tawarkan kebijakan atas konsep metode pembelajaran yang dipakai selanjutnya. Karena memang faktanya kita mendengar di lingkungan ada murid murid baik SD maupun SMP berinisiatif melakukan belajar kelompok dengan mendatangkan gurunya di rumah siswa secara bergantian. Metode Ini adalah salah satu cara yang efektif dilaksanakan mengingat kebutuhan siswa. Bisa saja konsep metode ini dilegalkan oleh pemerintah dengan memberikan aturan-aturan yang mentaati prokes. Sebagai referensi, kita dapat melihat sekolah swasta unggulan yang menerapkan pola pembelajaran yang efektif dan berkualitas.
  3. Tetap berikan pemahaman atas pentingnya anak didik disekolahkan kembali dengan kebiasaan baru, tetap pada prokes yang ketat untuk menghindari wabah penyakit yang merebak.
BACA JUGA :  Apa Kabar Pemekaran Lampung Tenggara?

Terakhir, dalam moment perayaan hari Guru Nasional berharap kepada kita semua agar saling bahu membahu dalam memajukan dunia pendidikan kita.
Anak kita sebagai generasi penerus bangsa harus memiliki beragam pengetahuan, berkarakter dan berwatak baik. Kita rubah stigma pendidikan kolonial dengan mengubah konsep pembelajaran yang humanis dan menyenangkan bagi siswa.(**)

Selamat hari Guru Nasional,
Tetap semangat dalam melaksanakan tugas suci anak didik jadi pintar dan berguna bagi semua…Bravo