KOTA BEKASI — Hidup Ratih Raynada (30), ibu empat anak asal Padurenan, Mustika Jaya, Kota Bekasi, berubah total. Dari perempuan tangguh yang bisa bekerja, mengurus rumah, dan mendidik anak-anaknya, kini Ratih hanya bisa terbaring lemah di ranjang rumah orang tuanya lumpuh total setelah menjalani operasi caesar di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid, Kota Bekasi, pada September 2024.
Dulu ia menggendong anak. Sekarang digendong untuk sekadar duduk.
Ratih diduga menjadi korban malpraktik medis. Tragisnya, bukan hanya kakinya yang tak lagi bisa melangkah, tapi juga nasibnya yang kini jalan di tempat. Pekerjaan hilang, suami pergi, anak-anak terlantar.
“Saya dulu sehat, kerja, urus anak-anak. Tapi sejak operasi itu, hidup saya berubah. Lumpuh total, tak bisa kerja, suami pergi, anak-anak terbengkalai,” ujar Ratih dengan suara nyaris tenggelam, lirih dari ranjangnya yang kini menjadi dunia.
Keluarga Ratih menuntut pertanggungjawaban dari RSUD, tapi pihak rumah sakit bergeming. Direktur RSUD, dr. Kusnanto Saidi, MARS., memastikan bahwa operasi caesar berjalan sesuai SOP.
Ia bahkan menyoroti keterlambatan kontrol pasien, yang baru kembali tiga bulan setelah operasi.
“Pasien baru kontrol ke RS bulan Desember. Dalam rentang itu tidak ada laporan keluhan. Saat diperiksa, baru ketahuan ada spondylitis TB yang menekan saraf,” ujarnya dalam konferensi pers penuh pembelaan, Selasa (1/7/2025).
Kusnanto menilai harapan keluarga agar Ratih kembali sehat adalah sebuah cita-cita mulia, namun kurang realistis.
“Kami bukan Tuhan. Sudah kami upayakan semaksimal mungkin. Tapi penyakitnya memang berat.”
Ketika ditanya soal anak-anak Ratih yang kini putus sekolah dan tidak terurus, pihak rumah sakit melempar tanggung jawab.
“Urusan sosial bukan kewenangan kami. Kami rumah sakit, bukan Kementerian Sosial,” tegasnya.
Tak ayal, jawaban itu memantik reaksi publik. Di tengah situasi ini, RSUD justru mengingatkan pentingnya tiga faktor kesembuhan:
- Izin Allah SWT
- Tindakan medis
- Kepatuhan pasien
Sayangnya, dalam kasus Ratih, pasiennya tak bisa jalan, apalagi “patuh”.
Dokter Kusnanto juga memastikan bahwa kelumpuhan Ratih bukan karena operasi caesar, melainkan karena TBC tulang belakang yang baru ketahuan belakangan. MRI menunjukkan tulang belakangnya dari leher hingga pinggang mengalami kerusakan serius.
“Setelah dicek ahli saraf, ditemukan infeksi TBC tulang belakang. Ini bisa sebabkan kelumpuhan, bukan akibat tindakan operasi,” jelas Kusnanto.
Menyangkut layanan, RSUD berdalih sudah melakukan semua hal sesuai prosedur, dari rawat inap, penjemputan ambulans, hingga fisioterapi.
Namun keluarga Ratih menilai “prosedural” saja tak cukup karena yang mereka hadapi bukan hanya urusan medis, tapi tragedi kemanusiaan yang lebih dalam. Ratih kehilangan kendali atas tubuh, keluarga, dan masa depannya. ***