Oleh: Abdul Rohman Sukardi
WAWAINEWS.ID – Calon presiden terpilih RI, Prabowo Subianto, berkunjung ke RRC tanggal 31/3 s.d 2/4 2024. Kunjungan itu atas undangan Presiden RRC Xi Jinping. RRC negara pertama pengundang, sekaligus pertama dikunjungi calon presiden terpilih Indonesia. Undangan RRC itu tidak menunggu Prabowo dilantik sebagai presiden.
Apa maknanya?
Ada tiga perspektif bisa kita jadikan pisau analisa mencermati kunjungan itu. Pertama, garis politik luar negeri (polugri) Indonesia tidak berubah. Masih politik bebas aktif.
Indonesia tidak terikat dengan blok negara manapun. Bebas menjalin kerjasama dengan negara manapun. Bebas partisiapsi mewujudkan perdamaian dunia dengan siapapun.
Prabowo pada suatu kesempatan terbuka mengungkapkan ia tidak ingin terseret ke dalam pertengkaran negara-negara tertentu. Sebuah kebodohan bagi Indonesia ketika berpihak kepada blok pertengkaran antar negara.
Itulah amanat UUD 1945. Fokus partisipasi aktif politik luar negeri untuk menghapuskan kolonialisme dan mewujudkan perdamaian dunia yang abadi dan berkeadilan sosial.
Berdasar perspektif pertama itu, kunjungan Prabowo ke RRC tidak dalam rangka membawa Indonesia menundukkan diri pada hegemoni RRC. Kemungkinan ke arah itu bisa dikesampingkan.
Kedua, Prabowo merupakan figur kandidat pemimpin Indonesia pernah masuk daftar banned kompetitor politik RRC. Amerika serikat. Sebagai rentetan paska kemelut politik 1998 di Indonesia. Berdasarkan catatan sejarah, Bill Clinton dan sejumlah pejabat AS terlibat dalam cipta kondisi krisis 1998. Campur tangan petinggi AS dan bahkan IMF menjadi katalisator mertua Prabowo Subianto, Presiden Soeharto, mengundurkan diri dari jabatan presiden.
Ketiga, eskalasi geopolitik di kawasan pasifik diprediksi akan terus meningkat. Khususnya potensi benturan kepentingan RRC dan Amerika Serikat. Secara geopolitik dan geoekonomi Indonesia merupakan salah satu kartu as dari peluang kemenangan atas benturan itu.
Berdasar ketiga perspektif itu kita bisa menduga kunjungan itu dalam beberapa makna.