Scroll untuk baca artikel
Budaya

Mekhaggoh, Tradisi Lampung Pesisir yang Bergeser oleh Zaman

×

Mekhaggoh, Tradisi Lampung Pesisir yang Bergeser oleh Zaman

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi acara Mekhaggoh, Tradisi Lampung Pesisir yang Bergeser oleh Zaman, acara ini adalah makan bersama yang di bawa oleh sanak saudara untuk dihidangkan pada acara puncak pernikahan
Ilustrasi acara Mekhaggoh, Tradisi Lampung Pesisir yang Bergeser oleh Zaman, acara ini adalah makan bersama yang di bawa oleh sanak saudara untuk dihidangkan pada acara puncak pernikahan

TANGGAMUS – Perkembangan zaman banyak tradisi atau budaya yang mulai ditinggalkan oleh masyarakat Lampung Pesisir di Tanggamus. Salah satu tradisi yang ditinggalkan masyarakat yaitu tradisi Mekhaggoh.

Mekhaggoh adalah salah satu  tradisi dalam perkawinan orang Lampung pesisir, untuk  melambangkan kebersamaan dalam acara pernikahan dimana sanak saudara berduyun-duyun hadir dengan membawa makanan tertentu untuk disajikan dalam makan bersama atau makan besar saat puncak acara perkawinan.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Lunturnya tradisi Mekhaggoh sebagai pemersatu lambang gotong royong  itu, tentunya bukan tanpa sebab. Padahal  banyak makna terkandung didalamnya,  kini Mekhaggoh sudah tidak dipakai dalam acara perkawinan suku Lampung. Tidak ada lagi tedda yang biasanya ditunggu keluarga di rumah.

BACA JUGA :  Mengunjungi Sade, Dusun Budaya Suku Sasak Lombok

Tradisi itu sudah lama ditinggalkan, tidak terlihat lagi, setiap acara pernikahan, sejumlah orang berduyun duyun mengantarkan sumbangan makanan siap saji dengan menggunakan pahakh (Talam berkaki), sebagai lambang persaudaraan.

Kini Mekhaggoh digantikan berupa sumbangan sejumlah uang. Kemajuan zaman menggeser tradisi Mekhaggoh terganti sumbangan sejumlah uang, entah karena ingin simple. Tidak ada lagi tedda bawaan yang ditunggu keluarga di rumah saat pulang dari rumah yang melaksanakan hajatan perkawinan.

Mekhaggoh itu sendiri mempunyai ciri khas yaitu makanan yang diantar biasanya ikan asap yang sudah dibumbui (Gulai taboh Iwa Tenapa) yang di letakkan dalam mangkok.

Beberapa mangkok yang berisi iwa tenapa disajikan menggunakan Pahakh (Talam berkaki), selain gulai taboh iwa tenapa, isi pahakh tersebut dilengkapi dengan serancang nasi.

BACA JUGA :  Terap Festival Bertema Kebencanaan jadi Sarana Edukasi bagi Warga Jabar

Tujuan mekhaggoh tak lain adalah untuk memberi makan para tamu undangan atau sanak saudara yang hadir saat pesta pernikahan untuk makan bersama yang disebut pangan.

Setelah pelaksanaan pangan, sisa dari isi Pekhaggohan (sisa makanan berupa gulai dan kue) tersebut di bawa pulang yang memang sudah di siapkan kantong plastik di setiap pahakh.

Sisa makanan yang dibawa pulang itu sendiri dinamakan tedda, hal yang di tunggu oleh keluarga yang tidak hadir saat pesta adalah tedda itu sendiri.