Scroll untuk baca artikel
Uncategorized

Menag Jelaskan Ketegasan Nabi SAW Dalam Perangi Korupsi

×

Menag Jelaskan Ketegasan Nabi SAW Dalam Perangi Korupsi

Sebarkan artikel ini

“Dimulai dengan dikutuknya Iblis karena menolak perintah Allah untuk tunduk kepada manusia karena merasa lebih mulia, inilah salah satu bentuk menyimpang atau korupsi. Lalu kisah ini juga dialami Nabi Adam dan Siti Hawa ketika keduanya tidak patuh terhadap ketentuan Allah untuk tidak memakan buah khuldi, hingga akhirnya keduanya diturunkan ke bumi,” katanya.

Ia menyampaikan, penyimpangan terhadap moralitas agama juga digambarkan secara jelas dalam kisah Nabi Syu’aib yang harus menghadapi perilaku tak terpuji dari umatnya.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Masyarakat Madyan salah satu contoh masyarakat yang dicela dalam Alquran karena mentolerir korupsi berjamaah. “Jika mereka membeli maka mereka menggunakan takaran besar dan pada saat menjualnya mereka menggunakan takaran lebih kecil,” katanya.

Ulama Membahas Perilaku Koruptif

Jebolan Universitas Leiden, Belanda, itu menyampaikan, para ulama fikih telah membahas secara gamblang perilaku koruptif seperti tertera dalam beberapa istilah di antaranya rasywah, ghasb, dan ghuluww.

Para ulama kontemporer kemudian menyebut istilah gratifikasi untuk menjelaskan arti korupsi yang lebih luas. Semua ini menandakan bahwa istilah korupsi telah memiliki padanan dalam kajian fikih Islam.

BACA JUGA :  Tabrakan Maut Tewaskan Pengendara Motor di KM 46 Ir Sutami Lampung Timur

Dalam hadis, lanjut dia, banyak diceritakan bagaimana Rasulullah Saw dan para sahabatnya mengajak umat untuk menghindari perilaku menyimpang, khususnya korupsi. Rasulullah SAW, adalah sosok yang begitu nyata memberikan contoh bagaimana kejujuran adalah tonggak sebuah bangsa. la dengan tegas menghukum siapapun yang melakukan perbuatan menyimpang, termasuk korupsi.

“Sifat ini juga ditiru dan diajarkan oleh para sahabatnya. Umar bin Khattab adalah salah satu khalifah yang meletakkan dasar-dasar pemerintahan yang bersih, pemerintahan yang menerapkan pengendalian pengelolaan keuangan secara transparan. Umar adalah sosok yang begitu detail dalam mengelola keuangan negara,” jelasnya.

Kisah lainnya datang dari sosok khalifah Umar bin Abdul Aziz. la adalah sosok yang berintegritas. Mengelola negara baginya bukan berarti sewenang- wenang memaksakan kehendak dan kebijakan. Dengan integritasnya Umar bin Abdul Aziz mengelola pemerintahan yang begitu amat dicintai rakyatnya.

Menurutnya, apa yang tertulis dalam kisah Rasulullah dan para sahabatnya dalam melawan perilaku koruptif merupakan bentuk nyata bahwa nilai-nilai agama dijadikan dasar dalam menjalani tanggung jawab sebagai pemimpin. “Nilai-nilai agama adalah bagian tak terpisahkan dalam diri setiap muslim. Kita harus meniru apa yang telah dicontohkan Rasulullah Saw. dan para sahabatnya,” ucapnya.

BACA JUGA :  Gubernur Jabar Terima Aspirasi Mahasiwa di Palembang Terkait energi Terbarukan

“Idealnya ketika agama menjadi pandangan hidup bagi pemeluknya, maka ia akan menjanjikan ketenangan, kedamaian, kearifan, keadilan, dan ketenteraman. Lalu, bagaimana jika agama dan pemeluknya dipisahkan oleh kesenjangan? Apakah masih bisa disebut agama jika tanpa pemeluk? Mungkin mitos? Apa masih bisa disebut manusia tanpa agama? Mungkin monster?,” katanya.

Menghindari Lima Kebiasaan Buruk

Ia menjelaskan, agama hadir untuk selalu mendampingi manusia dalam menentukan dan menjalani pilihan hidupnya masing-masing. “Agama selalu mengajak kita memulainya dengan niat, dalam arti penghayatan mendalam terhadap pilihan kita,” katanya.

Dengan niat yang kuat, kata dia, agama menuntun manusia untuk menjalani pilihan hidup dengan menghindari lima kebiasaan buruk yang berpotensi menggagalkan sebagai manusia.

  • Pertama,
    hindari cara-cara kerja yang tergesa-gesa.
  • Kedua,
    hindari cara-cara yang instant dalam menyelesaikan segala urusan.
  • Ketiga,
    hindari untuk meng- copy-paste cara-cara orang lain di dalam menyelesaikan problem.
  • Keempat,
    hindari untuk menutup diri dengan orang lain di dalam menjalankan usaha. Kelima, hindari untuk mengisolasi diri di dalam kehidupan masyarakat.
BACA JUGA :  Kepala Daerah-DPRD Dinilai Kompak Diam Terkait Pencemaran di Kali Sekampung

Menurutnya, manusia tak bisa sepenuhnya hidup dalam keterpurukan dan keterkutukan. Allah menurunkan agama sebagai petunjuk menuju jalan kembali.

Agama mengajarkan berbagai amaliah yang dapat menguatkan imunitas jiwa dan membentenginya dari perbuatan buruk yang dapat menghinakannya.

“Dan jalan tasawuf adalah satu di antara jalan untuk memperkuat imunitas jiwa dari berbagai perilaku menyimpang,” jelasnya.

Ia mengatakan, buku Teologi Korupsi ini merupakan sebuah refleksi yang bisa dijadikan renungan untuk meyakinkan diri bahwa agama akan menyelamatkan jika nilai dan ajarannya diterapkan dalam kehidupan.

Agama harus menjadi ruh dalam berbagai kebijakan yang diambil dalam pemerintahan. Bagi bangsa Indonesia, agama adalah bagian penting yang telah menjiwai lahirnya bangsa dan negara.

Karya ini merupakan sumbangsih penulis bagi bangsa ini khususnya dalam membangun relasi agama dan Negara agar terbangun sinergi demi kemajuan dan keutuhan NKRI.
Buku ini membahas banyak nilai agama yang dapat dijadikan referensi untuk memperkuat ketahanan dari ancaman bahaya korupsi***