Wisata

Menjelajah Desa Nibung, Potensi Panorama Alam Tersembunyi di Lampung Timur

×

Menjelajah Desa Nibung, Potensi Panorama Alam Tersembunyi di Lampung Timur

Sebarkan artikel ini

wawainews.id – Potensi alam Desa Nibung, Kecamatan Gunung Pelindung, Kabupaten Lampung Timur, memang membuat penasaran. Kami pun mencoba bergegas untuk melihat langsung menuju beberapa titik lokasi yang kerap menghiasi halaman Facebook dan Instagram kami.

Kebetulan momen Idul Fitri 1441 H, Isteri sudah merencanakan untuk berkunjung ke Jabung, berkunjung ke rumah Mah dan Emak panggilan hormat mertua saya. Sebenarnya, dari Desa Gunung Sugih Besar, Kecamatan Sekampung Udik, terkadang membuat kami berpikir berkali-kali, padahal jaraknya dekat.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA
Kali Jodoh Desa Nibung, lokasinya tepat di jalan utama kampung induk Tiyuh Nibung Betuwah Waway.

Malas ke Jabung, karena jalannya penuh rintangan. Selain sepi,  setelah desa Bungkuk, sepanjang jalan mulai dari ujung desa Gunung Sugih hingga perbatasan Desa Negara Batin Kecamatan Jabung, kondisinya rusak parah. Terbiarkan berpuluh tahun lamanya tanpa ada perbaikan.

Sebenernya ketika jalan masih bagus era 90-an, jalur tersebut jarak tempuhnya hanya setengah jam maka kita sudah tiba di Jabung, dari Gunung Sugih Besar. Tapi sekarang, perlu waktu dua jam.  Saya menamai jalur tersebut sebagai jalur gerobak, jalannya rusak parah, angker, dan harus penuh kehati-hatian. Tantangan lainnya tentu ada.. hmm…

Iseng, saya mengajak isteri mencoba jalur Simpang Sribawono, melewati Labuhan Maringgai. Kebetulan sudah setahun lebih, tidak melintasi jalur tersebut. Meski rutenya memutar dan sedikit lebih lama, tapi dalam bayangan kami tahun lalu jalur itu lebih bagus dibanding melalui jalan Marga Sekampung. Niatnya Sekaligus melihat desa asli tiyuh Lampung disepanjang jalur menuju Jabung mulai dari desa Labuhan Maringgai, Tanjung Aji, sebelum sampai di Nibung.

Siang itu cukup cerah, cuaca mendukung perjalanan kami untuk mampir di Desa Nibung, guna menikmati panorama alam. Sejak dari Simpang Sribawono beberapa kali, saya mengingatkan isteri untuk mengabari Kepala Desa Nibung, agar mengabarkan kami ingin mampir untuk bersilaturrahmi di suasana Idulfitri 1441 H. Pesan WA pun dikirim, namun tidak direspon, begitu pun ketika di telpon.

BACA JUGA :  Cinta Budaya, Desa Wisata Bojongkulur Inisiasi Susur Sungai Berbusana Adat

Setelah melalui jalan sedikit rusak akhirnya, kami sampai di Desa Nibung. Tugu sederhana penanda ‘Selamat Datang di Desa Nibung’ terlihat, hingga kami paham bahwa kami sudah sampai di desa Nibung Betuwah Waway. Terlihat suasana Kampung Tua disepanjang jalan utama seperti rumah panggung khas Melinting berderet.

Ada pemandangan takjub ketika memasuki Desa Nibung. Saya terkesan dengan lampu jalan di sepanjang desa dengan ciri khas siger Lampung  sepertinya menggunakan tiang ysepertinya didesign khusus. Saya membayangkan saat malam, Desa Nibung terang benderang dan elok dengan lampu jalan yang menghiasi sudut kanan kiri sepanjang jalurnya. Tapi kami, tidak bisa menginap di Nibung karena belum ada home stay atau penginapan khusus.

Akhirnya kami tiba di satu destinasi wisata, ‘Kali Jodoh’ di sebelah kiri dari arah Tanjung Aji menuju Jabung. Perlahan kami belok di jalur setapak menuju Kali Jodoh. Tapi ini bukan Kali Jodoh Jakarta Lhoo, ini Kali Jodoh di Desa Nibung. Mungkin namanya sama, tapi penginisiasinya berbeda. Kali Jodoh Jakarta Barat, dibangun di masa Ahok menjabat Gubernur. Kali Jodoh Desa Nibung, buah kreatifitas sang Kepala Desa Nibung, Marlin.

Saat kami mampir, di Kali Jodoh, dipintu masuk utama terlihat Balaidesa dengan konsep sederhana, masuk sedikit terlihat beberapa anak kecil dan orang dewasa tengah asyik mencari ikan di jalur irigasi yang mengairi Kali Jodoh Desa Nibung. Tak lama ada beberapa ibu-ibu muda datang menggunakan sepeda motor yang sengaja dari Jabung untuk ke menikmati panorama Kali Jodoh.

BACA JUGA :  Hmm.. Ada Judi Koprok di Arena Pasar Malam Sidorejo

Kali Jodoh Desa Nibung, Sebenarnya masih tahap pembangunan. Masih banyak kekurangan, tetapi setidaknya untuk menikmati keasrian alam, gemiricik air pegunungan mampu untuk menenangkan diri. Jauh dari hiruk pikuk, teduh dan cocok untuk bersantap bersama di beberapa gubugan yang dibangun di Areal Kali Jodoh.

Setelah puas, menikmati Panorama Kali Jodoh, pesan WhatsApp isteri kepada Kepala Desa Nibung, teman SMP-nya itu belum juga terbaca. Hingga akhirnya kami nekat tetap mampir untuk bersilaturrahmi, meskipun pesan belum di jawab. Kami pun bertanya kepada warga dimana lokasi rumah Marlin. Ya.. Marlin adalah Kepala Desa Nibung, dia teman SMP isteri di SMPN I Jabung yang katanya saat itu SMPN favorit terbaik nomor empat se-Lampung Tengah, pada masa itu. Kami pun di arahkan ke rumahnya yang harus melalui jalur setapak, melintasi perkebunan singkong, sawit dan sawah sebelum tiba di rumah Kades dua periode itu. Menuju rumah Marlin, harus belok kiri setelah Tempat Pemakaman Umum (TPU) desa setempat, kata warga.

Tak sengaja kami melintas di areal persawahan yang mengalir alami sungai hingga membentuk irigasi dikelilingi rerumputan hijau sebelum tiba di rumah Marlin. Itu sangat terkesan, hingga kami berhenti untuk tidak melewatkan momen indah keasrian desa Nibung. Sebelum tiba di rumah sang Kades.

Rumah Kepala Desa Nibung terletak di komplek baru, tempatnya pasir dan sedikit gersang, mayoritas penduduk di dusun tersebut adalah Suku Jawa. Saya kagum ternyata desa Nibung, banyak penduduk dari berbagai daerah tapi mereka rukun berdampingan. Setelah bertemu langsung Kepala Desa, akhirnya bisa mematahkan asumsi selama ini saya kira desa Nibung dihuni penduduk asli Lampung seratus persen. Oh ternyata tidak..!

BACA JUGA :  Libur Nataru, Way Lalaan Masih Jadi Pilihan Favorit Wisatawan di Tanggamus
Kepala Desa Nibung Marlin (Kiri),

“Desa Nibung ini hanya dua dusun penduduk asli Lampungnya, sisanya dari berbagai wilayah terutama dari Jawa dan Banten,”ungkap Marlin.

Marlin menceritakan bagaimana ia membangun desa Nibung. Dia harus dihadapkan oleh dua hal bersamaan, pertama membangun karakter manusianya, kedua membangun potensi desa. Destinasi wisata cukup banyak di desa Nibung imbuhnya, tapi tentu harus bertahap dan didukung semua komponen.

Ia pun mengatakan selain terus mengembangkan potensi wisata, juga harus menjaga tradisi. Desa Nibung, kini sudah memiliki Balai Adat Representatif ditengah Kampung Induk. Tak hanya itu Saat ini tengah digiatkan pengembangan pembangunan stadion mini.

“Lelah, semua waktu habis untuk memajukan desa. Waktu untuk keluarga hanya ada pas saat menjelang tidur saja. Alhamdulilah isteri memberi dukungan,”paparnya.

Dia pun mengaku banyak support dari berbagai kalangan terus berdatangan untuk kemajuan desa Nibung. Terutama dari kalangan pemuda sekarang sudah banyak perubahan, mereka mulai menyadari arti berdampingan, kerukunan untuk saling menjaga.

Marlin setiap waktu terus menanamkan untuk berdampingan yang secara rukun. Tidak ada istilah pribumi dan non pribumi, semua adalah warga negara Indonesia berhak hidup di Bumi Allah. Tapi Tentu harus tetap menjaga budaya setempat.

Ayo ke Desa Nibung, Desa Wisata, Desa Kreatif, semuanya gratis lhoo..

Catatan redaksi Selasa 27 Mei 2020/ 3 Syawal 1441 H