JAKARTA – Program andalan pemerintah, Menu Bergizi Gratis (MBG), kembali jadi sorotan bukan karena menyehatkan, tapi karena bikin penerima manfaat masuk IGD.
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi pun akhirnya buka suara dan meminta maaf.
“Atas nama pemerintah dan mewakili Badan Gizi Nasional, kami memohon maaf karena terjadi beberapa kali kasus di sejumlah daerah. Itu bukan sesuatu yang diharapkan, apalagi disengaja,” ujar Prasetyo di Istana Kepresidenan, Jumat (19/9/2025).
Kalimat ini tentu saja mengingatkan publik pada jargon lama: “kecelakaan bisa dihindari, tapi entah kenapa kok selalu terulang.”
Prasetyo menegaskan, pemerintah tengah melakukan evaluasi menyeluruh bersama Badan Gizi Nasional (BGN) dan pemerintah daerah. Katanya, “upaya mitigasi dan perbaikan juga sedang dilakukan agar masalah ini tidak terulang lagi.”
Masalahnya, rakyat sudah mendengar janji evaluasi ini lebih sering ketimbang mendengar pengumuman libur nasional.
Untuk mempermanis janji, BGN bahkan memasang target “zero incident”. Salah satu caranya adalah pembenahan dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Semoga benar-benar dapur yang dibenahi, bukan sekadar kata-kata manis di podium.
Kasus terbaru terjadi di Garut, Jawa Barat. Sebanyak 569 pelajar dari empat sekolah mulai dari SD, SMP, SMA, hingga Madrasah Aliyah kompak mengalami gejala keracunan setelah menyantap menu MBG, Selasa (16/9/2025).
Bayangkan, satu yayasan pendidikan berhasil “mencetak” ratusan pasien dalam sehari, tanpa perlu ujian praktik kesehatan.
Ironinya, program yang seharusnya melahirkan generasi sehat justru melahirkan antrean panjang di puskesmas.
Pemerintah memang sudah meminta maaf, tapi publik mungkin lebih berharap ada garansi kesehatan ketimbang garansi kata-kata.
Kalau begini terus, Menu Bergizi Gratis bisa jadi singkatan baru: “Makan Bikin Gawat”.***












