KOTA BEKASI – Di tengah semarak merah-putih dan semangat perjuangan yang terasa kental, Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Bekasi, Tri Adhianto, mengajak seluruh kader dan simpatisan untuk kembali menyalakan api nasionalisme di hari lahir panca sila.
Ajakan itu bukan sekadar simbolik. Ia menyampaikannya dengan nada haru dan penuh keyakinan saat memperingati Hari Lahir Pancasila yang juga bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Bung Karno, Sabtu (31/5/2025), di Kota Bekasi.
“Negara kita adalah negara Pancasila. Maka, lanjutkan api perjuangannya. Hal itu tidak akan pernah selesai selama kita memikul tanggung jawab,” ucap Tri lantang di hadapan para hadirin, menyentuh nurani mereka yang hadir.
Bagi Tri, Pancasila bukan hanya dasar negara. Ia adalah napas perjuangan, kompas moral, dan fondasi hidup berbangsa.
Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa nasionalisme sejati adalah ketika rakyat bersatu menjaga cita-cita kemerdekaan dan menjadikannya nyata dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya dalam seremoni. Hari Lahir Pancasila.
Gotong Royong
Dalam momen reflektif itu, Tri juga mengingatkan bahwa Bung Karno tak pernah lelah menyerukan gotong royong sebagai ruh utama Pancasila. “Mendapatkan satu amanah bukan berarti menjatuhkan orang lain. Kita harus meningkatkan intelektual dan daya dorong dalam membawa kendaraan menuju Indonesia Emas 2045,” ujarnya, menyentil semangat kompetisi yang kerap melenceng dari semangat kolektivitas.
Baginya, gotong royong bukanlah kata usang dalam kamus politik. Ia adalah energi yang mempersatukan, mendorong, dan membangun. Terlebih di tengah tantangan zaman yang serba cepat dan kompleks, nilai-nilai kebersamaan perlu menjadi jangkar moral dalam setiap keputusan.
Bekasi: Kota Toleransi yang Menginspirasi
Tri juga menyampaikan apresiasinya terhadap Kota Bekasi yang ia sebut sebagai contoh nyata kerukunan dan kebinekaan. Ia menyebut, “Kita juga bersyukur, Kota Bekasi menjadi salah satu kota toleransi terbesar di Indonesia.”
Bagi Tri, keberagaman di Bekasi bukan sekadar statistik. Ia adalah modal sosial yang harus dirawat dan dikembangkan—dalam seni, budaya, dan kehidupan sosial warga. “Daya cipta, seni, dan kreasi sangat diharapkan dalam perjalanan kita ke depan,” tambahnya, seakan membuka ruang bahwa nasionalisme juga bisa lahir dari panggung budaya dan ide kreatif.
Melanjutkan Perjuangan
Acara peringatan tersebut tak hanya dipenuhi orasi dan seruan. Ia menjadi ruang kebersamaan di mana kader, pengurus, dan simpatisan menyuarakan komitmen bersama dalam membumikan nilai-nilai Pancasila. Tidak dengan amarah, tetapi dengan keteguhan, bahwa perjuangan belum selesai.
Dari Kota Bekasi, semangat Bung Karno kembali dinyalakan—bukan hanya untuk dikenang, tapi untuk diteruskan. Sebab seperti yang dikatakan Tri, tanggung jawab pada bangsa ini akan selalu melekat, selama kita memilih untuk peduli.***