Scroll untuk baca artikel
Info Wawai

Merayakan Tahun Baru dengan Cara Tak Biasa: Ketika Dunia Menyambut Harapan dengan Cara yang (Kadang) Aneh tapi Bermakna

×

Merayakan Tahun Baru dengan Cara Tak Biasa: Ketika Dunia Menyambut Harapan dengan Cara yang (Kadang) Aneh tapi Bermakna

Sebarkan artikel ini
ILUSTRASI

WAWAINEWS.ID – Bagi sebagian orang Indonesia, Tahun Baru identik dengan kembang api, terompet, kemacetan dadakan, dan resolusi yang sering kali berumur lebih pendek dari kalender Januari. Namun di berbagai belahan dunia, pergantian tahun justru dirayakan dengan tradisi-tradisi yang jauh dari kata biasa bahkan terkadang terdengar absurd, tapi penuh makna.

Dari menelan anggur dalam hitungan detik, melempar piring ke rumah tetangga, hingga merayakan malam Tahun Baru di pemakaman, setiap budaya punya cara sendiri untuk berdamai dengan masa lalu dan berharap pada masa depan.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Berikut sejumlah tradisi Tahun Baru paling unik dari berbagai negara di dunia yang membuktikan bahwa harapan tak selalu datang dalam bentuk kembang api.

🇪🇸 Spanyol: 12 Anggur, 12 Bulan, 0 Kesempatan Tersedak

Di Spanyol, malam Tahun Baru adalah ujian refleks mulut. Tepat saat lonceng tengah malam berdentang, warga berlomba menelan 12 butir anggur, masing-masing melambangkan satu bulan dalam setahun.

Berhasil menelannya tanpa tersedak? Konon, hidup akan penuh keberuntungan. Gagal? Ya, setidaknya Anda belajar bahwa harapan dan kemampuan mengunyah tidak selalu sejalan. Tradisi ini mengajarkan satu hal penting: masa depan cerah memang butuh persiapan bahkan sejak rahang.

BACA JUGA :  Perhatian, Mulai Sabtu 31 Desember 2022, Jalur Puncak Bogor Ditutup

🇩🇰 Denmark: Persahabatan Sejati Diukur dari Pecahan Piring

Jika di Indonesia pecah piring berarti siap-siap dimarahi ibu, di Denmark justru sebaliknya. Pada malam Tahun Baru, warga melempar piring dan gelas ke depan pintu rumah teman atau kerabat.

Semakin banyak pecahan di depan pintu, semakin banyak pula orang yang peduli pada Anda. Logikanya sederhana: tidak ada yang mau membuang piring ke rumah orang yang tak disukai. Tradisi ini menjadi simbol persahabatan, sekaligus bukti bahwa solidaritas bisa berisik dan mahal.

🇯🇵 Jepang: 108 Dentang untuk 108 Dosa Manusia

Di Jepang, Tahun Baru tidak disambut dengan pesta, melainkan hening dan refleksi. Melalui ritual Joya no Kane, lonceng kuil dibunyikan sebanyak 108 kali, mewakili hawa nafsu dan sifat buruk manusia menurut ajaran Buddha.

Setiap dentangan adalah pengingat bahwa manusia memang penuh cela dan itu tidak apa-apa, selama kita mau membersihkannya sebelum membuka lembaran baru. Tidak ada terompet, tidak ada kembang api hanya bunyi lonceng dan kesadaran diri.

BACA JUGA :  Petai Cina: Si Kecil yang Punya Segudang Manfaat untuk Kesehatan

🇧🇷 Brasil: Putih, Laut, dan Doa yang Dilepaskan

Di Rio de Janeiro, Tahun Baru adalah perpaduan spiritualitas dan estetika. Warga mengenakan pakaian serba putih, simbol perdamaian dan awal yang suci. Mereka lalu melempar bunga ke laut sebagai persembahan kepada Yemanjá, Dewi Laut.

Doa-doa dilantunkan, harapan dilepaskan ke ombak. Jika bunga terbawa arus, dipercaya doa akan terkabul. Jika kembali ke pantai mungkin semesta sedang “seen” tanpa reply.

🇬🇧 Skotlandia: Bola Api untuk Membakar Nasib Buruk

Di Stonehaven, Skotlandia, warga mengayunkan bola api raksasa yang terbuat dari kawat dan bahan mudah terbakar, lalu mengaraknya keliling kota.

Api dipercaya membersihkan diri dari kesialan tahun lalu. Tradisi ini mengajarkan filosofi sederhana: sebelum berharap pada masa depan, ada baiknya membakar dulu beban masa lalu secara simbolis, tentu saja.

🇵🇭 Filipina: Segala yang Bulat Demi Rezeki Lancar

Bagi masyarakat Filipina, Tahun Baru adalah soal bentuk. Bulat adalah kunci kemakmuran. Rumah dihiasi buah-buahan bulat, pakaian bermotif polkadot jadi favorit, bahkan koin disimpan di saku agar rezeki “terus menggelinding”.

Tak ada yang kebetulan. Bahkan mode busana pun bisa jadi doa ekonomi.

BACA JUGA :  Mengenal Empat Gangguan ISPA yang Umum Terjadi pada Remaja

🇨🇱 Chili: Menyambut Tahun Baru Bersama yang Telah Tiada

Tradisi paling menggetarkan datang dari Chili. Di beberapa daerah, warga merayakan malam Tahun Baru di pemakaman, duduk di samping makam keluarga yang telah meninggal.

Bagi mereka, pergantian tahun adalah momen kebersamaan lintas dimensi antara yang hidup dan yang telah pergi. Sunyi, haru, dan penuh makna. Sebuah pengingat bahwa harapan masa depan tak pernah benar-benar terpisah dari kenangan masa lalu.

Makna di Balik Keunikan

Di balik segala keanehan dan perbedaan, satu benang merah menyatukan semua tradisi ini: harapan. Harapan akan hidup yang lebih baik, hati yang lebih bersih, dan hubungan yang lebih hangat.

Tahun Baru bukan sekadar soal pesta dan hitung mundur. Ia adalah momen refleksi kolektif, cermin budaya, dan doa yang dirayakan dengan cara paling manusiawi sesuai nilai dan keyakinan masing-masing.

Dari yang penuh keriuhan hingga yang hening dan sakral, tradisi Tahun Baru dunia mengajarkan satu hal sederhana: tak ada cara yang benar atau salah untuk berharap selama kita melakukannya dengan tulus.***