Scroll untuk baca artikel
Hukum & Kriminal

Mobil Kapolres Diserbu Massa, Operasi PETI Jadi PETAKA, Sungai Kuantan Hampir Nangis

×

Mobil Kapolres Diserbu Massa, Operasi PETI Jadi PETAKA, Sungai Kuantan Hampir Nangis

Sebarkan artikel ini
Mobil dinas Kapolres yang awalnya gagah dengan sirine kini berubah jadi “mobil seni abstrak” kacanya bolong, bodinya penyok, dan aromanya campuran bensin serta adrenalin

KUANSING – Operasi penertiban tambang emas ilegal (PETI) di Kuantan Singingi, Riau, berakhir dramatis. Bukan karena emasnya ditemukan, tapi karena batu beterbangan lebih cepat dari perintah “mundur”.

Tim gabungan berisi 149 personel lengkap dari polisi, TNI, Satpol PP, BPBD, hingga pejabat daerah turun ke lapangan dengan niat mulia: menyelamatkan Sungai Kuantan dari nasib jadi “air raksa berjalan”. Namun begitu sampai di Desa Pulau Bayur, massa sudah menunggu dengan semangat tambang yang membara.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Kapolres Kuansing AKBP R Ricky Praditiningrat memimpin langsung pasukan dari atas perahu, sementara Bupati Suhardiman Amby ikut serta. Misi mereka sederhana, hentikan PETI, bakar alatnya, pulihkan alam. Tapi rupanya, warga setempat punya misi tandingan: pertahankan dompeng demi isi dompet.

“Tim membakar 43 alat PETI agar tidak bisa digunakan lagi,” kata Kapolda Riau Irjen Pol Herry Heryawan, yang kedengarannya tidak ikut kena batu, jadi masih bisa menjelaskan dengan tenang.

Begitu api membumbung, massa langsung beringas. Batu melayang, kata-kata tak senonoh beterbangan, dan suasana mendadak berubah dari operasi lingkungan jadi konser lemparan batu gratis.

Mobil dinas Kapolres yang awalnya gagah dengan sirine kini berubah jadi “mobil seni abstrak” kacanya bolong, bodinya penyok, dan aromanya campuran bensin serta adrenalin.

Kapolres, Bupati, dan rombongan memilih strategi klasik: mundur elegan dengan kecepatan maksimal. “Tidak ada yang terluka, semua selamat,” ujar Kapolda yang sepertinya sangat bersyukur timnya punya refleks tinggi.

Namun, tidak semua seberuntung itu. Seorang wartawan lokal yang meliput di lokasi ikut kena lemparan batu dan akhirnya berlindung di mobil Kapolres yang entah kenapa justru jadi target utama.

Kapolda menegaskan, tindakan massa tersebut sudah masuk ranah pidana.

“Keselamatan anggota tetap prioritas, tapi ketegasan hukum tidak boleh luntur,” tegasnya. Alias kalau tadi tidak sempat nangkap karena hujan batu, besok mungkin hujan surat panggilan.

Kini Sungai Kuantan masih tetap tercemar, tambang ilegal sebagian terbakar, dan mobil dinas Kapolres sedang antre di bengkel, sementara warga Desa Pulau Bayur mungkin sedang menghitung berapa batu yang masih tersisa untuk aksi berikutnya.***

SHARE DISINI!