Mudik merupakan momentum yang disediakan oleh kesadaran diri setiap orang untuk menuntaskan perjalan spiritual itu. Untuk saling silaturahmi meminta maaf atas semua kesalahan.
Untuk me restart kehidupan sosialnya dengan saling memaafkan.
Untuk terciptanya kehidupan baru tanpa terjerat kesalahan-kesalahan masa lampaunya. Dengan komitmen untuk tidak mengulang kesalahan baru.
Makan-makan, kue lebaran, “angpau” dan baju baru hanyalah asesoris dalam mudik. Ada dimensi spiritual menjadi penggerak jutaan orang melakukannya.
Mudik membekali pelakunya spirit baru dalam menjalani hidup. Spirit itu ia timba dari menziarahi jejak-jejak sangkan paran (asal mula kehidupan) ia dihamparkan di muka bumi.
Kesadaran sangkan paran itu akan membimbingnya terjaga dari disorientasi kehidupan.
Ia tau dari mana asalnya. Sadar akan kemana ia akan kembali.
Hari ini mudik kepada perantara kehidupan di bumi. Kelak, pada saatnya akan mudik kepada pemilik hidup. Allah Swt.
ARS (rohmanfth@gmail.com), Jaksel, 28-03-2024