JAKARTA – Drama politik kembali hadir dari Partai NasDem. Kali ini bukan soal koalisi atau kursi menteri, melainkan soal kursi empuk di DPR yang ditinggalkan dua artis politik: Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach.
Fraksi NasDem DPR RI resmi meminta agar seluruh gaji, tunjangan, dan fasilitas mewah yang melekat pada keduanya segera diputus alirannya. Dari mobil dinas, rumah dinas, sampai jatah nasi kotak rapat—semua diminta dihentikan.
“Kami tegaskan, mulai 1 September 2025, keduanya nonaktif. Jadi, tidak ada lagi gaji, tunjangan, maupun fasilitas. Partai tidak ingin dianggap pelihara zombie politik,” sindir Ketua Fraksi NasDem, Viktor Bungtilu Laiskodat, Selasa (2/9/2025).
Sebelumnya, DPP NasDem sudah meneken surat penonaktifan dengan nomor resmi sebuah dokumen sakti yang mengubah status anggota DPR dari “wakil rakyat” menjadi “wakil masa lalu”.
Kini, bola panas berpindah ke Mahkamah Partai, lembaga internal NasDem yang konon keputusannya lebih final daripada vonis pengadilan negeri.
“Putusan mahkamah partai itu final, tidak bisa digugat, bahkan meski Anda bawa kuasa hukum setingkat Thanos,” tambah Viktor, dengan gaya retorika khas.
Langkah ini, kata NasDem, bukan hanya soal disiplin internal, melainkan juga cara partai mencuci tangan di hadapan publik. Sebab, dalam politik Indonesia, citra jauh lebih penting daripada substansi.
Sementara itu, Sahroni dan Nafa hingga berita ini diturunkan belum memberi komentar. Publik bertanya-tanya: apakah mereka akan balik ke panggung hiburan, jadi influencer politik, atau justru menekuni bisnis kopi kekinian?
NasDem menutup drama ini dengan imbauan klise: menjaga persatuan bangsa. Sebab, tak ada yang lebih indah daripada menutupi badai internal dengan jargon restorasi.***