LAMPUNG TIMUR – Suasana malam di Desa Sidorejo, Kecamatan Sekampung Udik, mendadak mencekam, Minggu malam (22/6/2025). Hal itu dipicu informasi palsu alias hoaks ada warga GSB tewas di massa karena mencuri alpukat.
Ratusan warga dari Desa Gunung Sugih Besar (GSB) datang berbondong-bondong ke Sidorejo setelah beredar kabar bahwa dua warganya tewas setelah dikeroyok massa karena mencuri buah alpukat. Namun belakangan, kabar tersebut terbukti hoaks.
Aparat kepolisian bersama pamong desa bergerak cepat meredam potensi konflik antardesa dengan mengonfirmasi bahwa tidak ada korban jiwa maupun pengeroyokan dalam insiden tersebut.
“Informasi yang menyebut pelaku pencurian tewas dipukuli massa itu tidak benar. Hoaks. Saat diamankan, kedua pelaku dalam keadaan selamat, dan prosesnya disaksikan langsung oleh pihak kepolisian,” tegas Sunandir, Kepala Dusun 1 Desa Sidorejo, saat dikonfirmasi di lokasi kejadian.
Insiden bermula dari dugaan pencurian buah alpukat di kebun milik warga Desa Sidorejo. Dua orang pemuda asal Gunung Sugih Besar tertangkap tangan oleh pemilik kebun dan warga sekitar.
Namun, tidak ada aksi main hakim sendiri sebagaimana ramai dikabarkan di media sosial dan grup percakapan WhatsApp.
Menurut sejumlah saksi, warga justru menyerahkan pelaku kepada aparat secara tertib. Namun entah dari mana, muncul kabar liar yang menyebut dua pelaku meninggal akibat dikeroyok, yang menyulut amarah warga Gunung Sugih Besar dan mendorong mereka bergerak menuju Sidorejo.
Sekitar pukul 21.00 WIB, situasi sempat memanas dengan berkumpulnya ratusan warga dari kedua desa di sekitar lokasi kejadian. Suasana tegang terasa, meskipun tidak sampai terjadi bentrokan fisik.
Beruntung, aparat dari Polsek Sekampung Udik segera tiba dan melakukan mediasi langsung di lokasi.
Kedua pemuda yang dituduh mencuri akhirnya dibawa ke Mapolsek untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut, sekaligus untuk mencegah tindakan vigilante atau penghakiman massa.
“Kami tangani secara hukum, tidak ada kekerasan. Kita imbau semua warga agar tetap tenang dan tidak terprovokasi informasi yang belum jelas asal-usulnya,” ujar salah satu petugas di lapangan.
Peristiwa ini menjadi pengingat serius akan bahaya penyebaran hoaks, khususnya di desa-desa yang memiliki hubungan kekerabatan atau historis yang sensitif.
Salah informasi, bisa berubah menjadi potensi konflik horizontal yang membahayakan stabilitas sosial.
Hingga berita tayang, pihak kepolisian belum merilis keterangan resmi terkait identitas pelaku maupun hasil pemeriksaan awal. Namun situasi di dua desa tersebut sudah kembali kondusif.
Dari informasi di lapangan diketahui bahwa dua pelaku yang ditangkap mencuri alpukat masih usia remaja. Keduanya diduga remaja putus sekolah.
Pihak kepolisian mengimbau masyarakat tidak menyebarkan informasi yang belum terverifikasi, dan menyerahkan penanganan kasus kriminal murni kepada aparat hukum.
Warga juga diminta tidak terprovokasi oleh narasi liar di media sosial, yang bisa berdampak fatal jika tidak dikendalikan.***