PESAWARAN – Suara dentuman keras akibat runtuhnya ornamen besar berbentuk peci depan gedung DPRD Kabupaten Pesawaran, Lampung membuat geger sejumlah pegawai dan staff hingga panik dan berhamburan keluar.
Ornamen besar berbentuk peci yang selama ini menjadi ikon fasad gedung wakil rakyat itu mendadak runtuh disusul ambruknya atap bagian depan gedung, pada Jumat siang 23 Mei 2025 tepat pukul 13.15 WIB.
Insiden tersebut sontak memicu kepanikan. Sejumlah pegawai dan staf berhamburan keluar, sementara debu dan puing beterbangan menutupi halaman kantor.
Pada saat insiden itu terjadi, seorang anggota Satpol PP yang tengah berjaga di pintu masuk menjadi korban, tertimpa reruntuhan dan mengalami luka di pelipis serta tangan.
“Awalnya terdengar suara seperti kayu patah dari atas, hanya dalam hitungan detik langsung ambruk semua. Kami panik dan langsung lari,” ujar seorang staf DPRD yang masih shock saat ditemui di lokasi.
Pantauan di lapangan menunjukkan kondisi bangunan yang memprihatinkan, atap bagian depan rata dengan tanah, ornamen khas bangunan yang menjadi simbol identitas DPRD remuk tak bersisa.
Sementara keadaan dinding bagian samping pun tampak retak, mengindikasikan kemungkinan kerusakan struktur yang lebih luas.
Peristiwa ini tidak hanya menjadi kejadian fisik semata, banyak pihak mulai mempertanyakan kualitas pembangunan gedung, pengawasan anggaran, dan prosedur pemeliharaan gedung publik.
“Ini gedung wakil rakyat, tapi kok seperti bangunan tua tak terawat? Runtuhnya ornamen ini seolah jadi simbol runtuhnya kepercayaan publik,” ungkap Dedi, warga Pesawaran yang datang melihat lokasi kejadian.
Belum ada pernyataan resmi dari pihak DPRD maupun Dinas PUPR Pesawaran terkait penyebab pasti runtuhnya bagian gedung tersebut. Namun, sejumlah kalangan mendorong adanya audit menyeluruh terhadap kondisi bangunan pemerintah di wilayah tersebut.
Bagi sebagian masyarakat, peristiwa ini juga menyimpan makna simbolik. Di tengah sorotan terhadap kinerja DPRD dan isu-isu politik lokal, runtuhnya ornamen gedung justru memunculkan tafsir baru, ada yang benar-benar rapuh di balik kokohnya tampilan luar kekuasaan. ***