PANGKAL PINANG – Tragedi yang menimpa Adityawarman (48), Pemimpin Redaksi Okeyboz.com, menjadi pukulan telak bagi dunia jurnalistik Bangka Belitung. Dalam waktu kurang dari 48 jam, hidup seorang jurnalis kritis berubah menjadi kisah kematian brutal yang membekas di ingatan banyak orang.
Kamis pagi (7/8/2025), sekitar pukul 10.40 WIB, Adityawarman berpamitan kepada keluarga. Tujuannya jelas ke kebun di kawasan Dealova untuk bertemu seseorang. Kepada keluarganya, ia menyebut akan bertemu “orang Swiss-Bell.”
Namun menjelang siang sekitar pukul 11.30 WIB, telepon selulernya tak lagi aktif. Berkali-kali dihubungi, tak ada jawaban. Waktu terus berjalan, dan keresahan keluarga semakin menjadi. Malam tiba, tetapi tak ada kabar.
Kemudian Jumat pagi, keluarga melangkah ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Kepulauan Bangka Belitung. Laporan resmi dibuat. Direktur Kriminal Umum Polda Babel, Kombes Pol Muhammad Rivai Arvan, membenarkan.
“Tim Jatanras langsung bergerak,” ujarnya singkat, tapi tegas.
Jumat siangnya, informasi lapangan mengarahkan polisi ke kebun milik korban. Di sanalah, kengerian tersingkap di dalam sumur sedalam beberapa meter, jasad Adityawarman ditemukan. Tubuhnya penuh luka sayatan benda tajam. Dugaan sementara, ia dibunuh terlebih dahulu sebelum diceburkan.
Tak lama berselang, perburuan membuahkan hasil. Salah satu terduga pelaku diduga penjaga kebun korban ditangkap di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Bersamanya, polisi menyita mobil Daihatsu Terios putih BN 1397 TE milik korban.
Meski satu pelaku sudah diamankan, polisi belum mengungkap motif di balik pembunuhan ini. Dugaan sementara mengarah pada masalah pribadi atau pekerjaan korban, namun penyelidikan masih berlangsung.
Selama lebih dari dua dekade, Adityawarman dikenal sebagai jurnalis yang teguh memegang prinsip, kritis, dan tak gentar menyuarakan kebenaran. Kini, ia pulang dalam diam, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, sahabat, dan rekan seprofesi.
Jenazahnya kini di RS Bhayangkara Polda Babel untuk autopsi sebelum dimakamkan. Semua mata tertuju pada polisi menanti jawaban, menuntut keadilan. ***