LAMPUNG TIMUR – Suasana sawah di Desa Pasir Sakti, Kecamatan Pasir Sakti, mendadak penuh pejabat, Senin (22/9/2025). Bupati Lampung Timur Ela Siti Nuryamah, Wakil Bupati Azwar Hadi, hingga Kajati Lampung Danang Suryo Wibowo turun ke lumpur bukan untuk menanam, melainkan menghadiri Panen Raya Padi.
Kegiatan ini disebut sebagai bagian dari program ketahanan pangan yang digagas Kejaksaan Negeri Lampung Timur. Ya, kejaksaan. Biasanya urusannya pasal dan tersangka, kini ikut menggarap padi.
Tak tanggung-tanggung, barisan tamu undangan juga lengkap, ada Kajari Lampung Timur Pofrizal, Kapolres AKBP Heti Patmawati, Ketua DPRD, Dandim, Sekda, OPD, forkopimcam, sampai kepala desa. Sawah pun jadi panggung besar, petani jadi penonton, dan pejabat jadi bintang tamu.
Pujian, Pidato, dan Potensi
Kajari Lampung Timur, Pofrizal, membuka acara dengan pujian manis. “Panen ini adalah bukti kerja keras para petani yang layak jadi contoh,” ujarnya.
Bupati Ela ikut menimpali, menyebut program ini bukti sinergi pemerintah dan kejaksaan dalam mendorong ketahanan pangan. Data pun ditebar: Lampung Timur punya 55.941 hektare sawah, dengan produksi padi 373.698 ton gabah kering hingga Juli 2025.
Angka-angka terdengar meyakinkan, tapi para petani tetap tahu bedanya data di podium dengan realita di sawah.
Kajati Lampung, Danang Suryo Wibowo, menegaskan bahwa pendampingan hukum sama pentingnya dengan pupuk.
Menurutnya, masalah petani bukan cuma hama dan cuaca, tapi juga tengkulak rakus dan regulasi yang ruwet.
“Ketahanan pangan harus berpihak pada petani. Jangan sampai mereka kalah sebelum panen karena urusan hukum atau harga,” tegas Danang.
Kejaksaan bahkan menawarkan delapan program pendampingan, mulai dari edukasi hukum, bantuan benih, hingga jembatan menuju CSR perusahaan. Alias, dari pasal bisa nyambung ke pupuk.
Acara panen raya ini seakan jadi mini drama. Petani sibuk mengelap keringat, sementara pejabat sibuk mengelap mikrofon.
Bedanya, padi yang dipanen nyata, tapi janji yang dipanen siapa tahu hanya sebatas jargon.
Semua sepakat: Lampung Timur punya potensi jadi lumbung pangan nasional. Tinggal dicek lagi, apakah potensi itu untuk petani atau untuk menambah portofolio prestasi pejabat di baliho.
Panen raya di Pasir Sakti akhirnya ditutup dengan semangat kolaborasi. Petani tetap pulang membawa karung, pejabat pulang membawa dokumentasi. Sama-sama panen, hanya hasilnya yang berbeda.***