Scroll untuk baca artikel
Head LineLampung

Pembangunan Pabrik Sawit di Lampung Timur Abaikan K3, PT PSM Dianggap “Kebal Aturan”

×

Pembangunan Pabrik Sawit di Lampung Timur Abaikan K3, PT PSM Dianggap “Kebal Aturan”

Sebarkan artikel ini
Pekerja pembangunan sawit PT PSM di Desa Gunung Agung, Sekampung Udik, Lampung Timur - foto Jali

LAMPUNG TIMUR – Di Desa Gunung Agung, Kecamatan Sekampung Udik, Lampung Timur, tengah berdiri megah proyek pembangunan PT Pesona Sawit Makmur (PSM).

Bangunan pabriknya PT PSM yang besar, ambisinya hebat, dan satu hal yang tak kalah mencolok, para pekerjanya tampak seperti baru keluar dari zaman penjajahan tanpa helm, tanpa sepatu safety, tanpa rompi.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Lengkap sudah ini proyek tanpa K3, alias “Keselamatan? Kapan-kapan Kalau Kebetulan”. Di areal pembangunan tidak terlihat sosialisasi mengharuskan pekerja menggunakan K3 selayaknya seperti biasanya.

Pelaksana proyek, PT Tunas Harapan Baru (THB), sepertinya punya definisi sendiri soal pembangunan berstandar. Yakni, asal berdiri, urusan nyawa nanti dulu. Para pekerja hanya dibekali semangat gotong royong dan mungkin sedikit doa agar selamat sampai gajian.

“Kami kerja di bawah THB, tapi bukan satu perusahaan aja. Banyak CV gabungan. Soal APD? dari awal kerja sampai sekarang nggak pernah lihat tuh helm atau sepatu safety,” ujar salah satu pekerja, dengan tawa yang lebih terdengar seperti tanda menyerah.

“K3 itu apa ya? Kayak nama varian motor. Di sini yang penting kerja cepat selesai. Kalau jatuh? Ya salah sendiri nggak hati-hati.”jelas pekerja lainnya menimpali

Media mencoba menyusuri lokasi proyek dan benar saja. Gedung pabrik besar sedang dibangun. Besarnya nyaris mengalahkan egonya. Tapi pekerjanya? Terlihat seperti pasukan bangunan era kolonial, hanya minus cambuk.

Mereka memikul risiko dengan tangan kosong, seolah proyek ini sedang mengejar rekor MURI “Pembangunan Terbesar dengan APD Nol Persen”.

Lucunya, semua ini terjadi di tengah gembar-gembor pemerintah soal “Indonesia Emas 2045” dan “Revolusi Industri 4.0”. Tapi di Gunung Agung, yang terjadi justru “Revolusi Lupa Prosedur”di mana keselamatan pekerja dianggap gangguan bagi efisiensi.

Dan instansi pengawas? Entah sibuk di ruangan ber-AC atau sedang menunggu laporan dalam bentuk formal dan manis-manis. Karena jelas, kalau sudah seperti ini kondisinya, hanya dua kemungkinan: pengawas tak tahu, atau tak mau tahu.

Kalau pabrik sawit ini kelak berdiri megah dan meraup untung besar, semoga manajemennya ingat, fondasi bangunan itu bukan cuma dari beton dan baja.***

SHARE DISINI!