KOTA BANDUNG — Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat menegaskan akan menarik rem darurat atas maraknya alih fungsi hutan dan sawah. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyatakan komitmen penuh melakukan evaluasi besar-besaran terhadap tata ruang Jawa Barat sebuah evaluasi yang, menurutnya, “sudah telat bertahun-tahun, tapi lebih baik telat daripada makin tenggelam.”
Mengutip analisis Kementerian Lingkungan Hidup, KDM menyebut Jawa Barat telah kehilangan 1,4 juta hektare kawasan hijau.
“Semuanya berubah jadi perumahan dan pabrik. Bahkan sempadan sungai yang seharusnya ‘garis merah’ pun ikut diserbu,” ujarnya.
Ironisnya, kawasan yang seharusnya menjadi penyelamat bencana malah berubah menjadi generator bencana.
“Makanya Jawa Barat ini kayak market place bencana. Mau banjir ada, longsor ada, kekeringan pun ready stock. Ruang untuk lari saja tidak ada,” kata KDM, menegaskan nada prihatin bercampur sindiran.
Dedi mencontohkan persoalan akut di Bendungan Jatiluhur, Purwakarta, di mana sedimentasi terus menumpuk. Pengerukan sedimen tak bisa dilakukan optimal karena tidak ada lagi lahan untuk menaruh lumpur.
“Sedimentasinya naik terus, tapi ruang untuk membuang lumpur sudah habis dimakan bangunan. Ini ibarat punya rumah penuh sampah, tapi tidak ada halaman buat naruh tempat sampah,” ujarnya menambahkan.
Pemdaprov Jabar bergerak cepat: bangunan-bangunan yang berdiri di atas lahan tidak sesuai peruntukan akan ditertibkan. Targetnya jelas menyambut puncak musim hujan Desember 2025–Januari 2026, sungai dan daerah resapan air harus kembali berfungsi sebagaimana mestinya.
“Titik-titik yang disalahgunakan akan kami kembalikan menjadi aset negara. Bukan sekadar aset, tapi ruang ekologis. Kita harus hormati fungsi alam, sebelum alam menagihnya dengan cara yang lebih mahal,” tegasnya.
Pada tahun anggaran 2025–2026, Pemprov Jabar juga menjadwalkan pengerukan dan revitalisasi terhadap sejumlah danau besar. Tujuannya sederhana tapi vital: mengembalikan kapasitas tampung air yang telah menyusut akibat sedimentasi dan penurunan kualitas tata ruang.
“Setiap danau akan kami keruk kembali. Hari ini, air bahkan tidak punya tempat untuk lari. Air saja bingung, apalagi kita,” ujar KDM, menutup pernyataannya dengan nada yang membuat para hadirin tersenyum meski pesan yang disampaikan jauh dari lucu.***













