JAKARTA – Pemerintah Indonesia bersiap memperkuat cengkeramannya atas tambang emas dan tembaga raksasa di Papua dengan menambah porsi kepemilikan saham di PT Freeport Indonesia (PTFI).
Rencana ini diungkapkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia usai pertemuan di Istana Merdeka, Selasa (16/9/2025). Menurutnya, langkah tersebut sedang dihitung secara cermat dan baru akan diumumkan resmi setelah perpanjangan izin tambang Freeport ditandatangani.
“Awalnya penambahan saham Freeport itu 10 persen. Perkembangan terakhir lebih dari 10 persen. Angkanya akan saya umumkan setelah tanda tangan proses perpanjangan,” kata Bahlil.
Bahlil menyebut harga saham tambahan yang akan diambil pemerintah relatif murah. Alasannya, valuasi aset Freeport kini sudah menyusut secara nilai buku karena faktor umur izin tambang yang akan berakhir pada 2041.
“Untuk 10 persen lebih itu biayanya sangat murah sekali. Valuasi asetnya sudah tipis secara buku. Tapi ini berlaku sampai 2041,” jelasnya.
Dengan kata lain, pemerintah bisa menambah kontrol strategis di salah satu tambang emas-tembaga terbesar dunia tanpa harus merogoh kas terlalu dalam.
Saat ini, kepemilikan saham pemerintah RI melalui holding tambang MIND ID sudah mencapai 51,2 persen, sehingga Indonesia berstatus pemegang saham mayoritas Freeport.
Jika akuisisi lebih dari 10 persen berhasil, maka porsi kepemilikan Indonesia akan mendekati dua per tiga, memberi ruang kendali lebih kuat dalam:
- arah investasi,
- distribusi dividen,
- serta kebijakan lingkungan dan sosial di wilayah operasi.
Langkah ini bukan sekadar transaksi bisnis. Dengan kontrol hampir penuh atas Freeport, Indonesia mengirimkan sinyal tegas bahwa sumber daya alam strategis harus menjadi alat kedaulatan ekonomi.
Bagi pemerintah, ini juga akan mempertegas posisi Indonesia dalam politik energi global, sekaligus menambah penerimaan negara di tengah kebutuhan fiskal yang semakin besar.
Namun, detail teknis mulai dari nilai akuisisi, mekanisme pembayaran, hingga implikasi terhadap hubungan dengan Freeport-McMoRan (pemegang saham lama) masih menunggu kejelasan resmi.
Jika berhasil, tambahan saham Freeport ini akan mengukuhkan posisi Indonesia bukan hanya sebagai tuan rumah, tapi juga pengendali penuh di rumah tambang emas-tembaga terbesar dunia.
Atau meminjam istilah populer: “Dari sekadar kontraktor, kini Indonesia benar-benar jadi juragan.”***