Scroll untuk baca artikel
Opini

Pendidikan Idiologi Negara: Indonesia dan Negara-Negara Besar

×

Pendidikan Idiologi Negara: Indonesia dan Negara-Negara Besar

Sebarkan artikel ini
Abdul Rohman Sukardi
Abdul Rohman Sukardi

Era Kontemporer (2014–sekarang) – Era Digital dan Disrupsi. Ditandai menguatnya tantangan identitas, intoleransi, globalisasi digital. Transformasi Pancasila dilakuan pemerintah dengan membentuk BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) pada 2017. Pancasila diposisikan kembali sebagai living ideology (ideologi yang hidup dan relevan). Penekanan pada aktualisasi nilai dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekadar hafalan. Metode di sekolah: Kurikulum Merdeka memuat Profil Pelajar Pancasila, fokus pada karakter dan nilai. PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) diperkuat. Sedangkan Non Sekolah dilakukan dalam bentuk kampanye media sosial, konten kreatif, festival Pancasila, pelatihan komunitas, dan kolaborasi dengan tokoh agama/budaya.

Nilai-nilai Pancasila yang ditransformasikan adalah: Ketuhanan Yang Maha Esa – toleransi, kebebasan beragama. Kemanusiaan yang adil dan beradab – anti diskriminasi, penghargaan HAM. Persatuan Indonesia – semangat kebangsaan di tengah keberagaman. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan – demokrasi partisipatif. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia – keadilan ekonomi, kesetaraan akses layanan. Berupa penggalan-penggalan nilai. Belum secara utuh dan komprehensif.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Transformasi Pancasila sepanjang sejarah Indonesia merdeka mengandung kelemahan fundamental. Ia belum dirumuskan sebagai transformasi konsepsi pembangunan peradaban. Melainkan penggalan-penggalan nilai moral dari Pancasila. Belum konsepsi utuh skala peradaban. Maka perlu ditingkatkan lagi metode transformasi Pancasila hingga mampu membentuk visi pembangunan peradaban bagi segenap masyarakat.

BACA JUGA :  Alhamdulillah, Tarinah Akhirnya 'Hidup Lagi' Setelah Sempat Didata Meninggal

Bukan hanya Indonesia. Bangsa-bangsa besar juga mentransformasikan idiologi bangsa kepada segenap warganegaranya. Ideologi bangsa memiliki peran fundamental dalam membentuk, menjaga, dan mengarahkan peradaban suatu bangsa.

Manfaat idiologi secara teoritik diantaranya: Functionalism (Talcott Parsons) – ideologi memberi kerangka nilai untuk mengatur sistem sosial. Nationalism Theory (Ernest Renan, Benedict Anderson) – bangsa adalah komunitas imajiner yang dipersatukan oleh nilai bersama. Cultural Transmission (Emile Durkheim) – nilai-nilai diwariskan lewat institusi sosial. Constitutionalism – ideologi mendasari pembuatan konstitusi dan sistem hukum negara. Historical Materialism (Marx) vs Cultural Continuity Theory – ideologi mengikat sejarah dan arah peradaban. Post-colonial Theory (Edward Said) – ideologi lokal menjadi alat perlawanan terhadap hegemoni asing. Ideological Innovation (Antonio Gramsci) – ideologi dapat menjadi kekuatan perubahan (hegemoni kultural).

Amerika Serikat mengajarkan Civic Education / American Government / Patriotic Education. Idiologi yang ditanamkan: demokrasi liberal, nasionalisme konstitusional. Metode yang digunakan: Pembelajaran Konstitusi, “Pledge of Allegiance” (sumpah kesetiaan, semacam Sumpah Pemuda di Indonesia), Fourth of July celebration. RRC mengajarkan “Moral and Ideological Education”. Idiologi yang ditanamkan: “Sosialisme dengan karakteristik Tiongkok”, “loyalitas pada Partai Komunis Cina”. Metode transformasi: “buku teks ideologi Xi Jinping”, lagu kebangsaan di sekolah, pelatihan partai.

BACA JUGA :  Mendikbudristek Program Merdeka Belajar Mendekatkan pendidikan pada Cita-cita Luhur Ki Hadjar Dewantara

Jepang mengajarkan Kokoro no kyoiku (pendidikan hati) / Moral Education. Idiologi yang ditanamkan: nilai-nilai moral, nasionalisme damai, kerja sama sosial. Metode: kelas moral mingguan, pelajaran tentang budi pekerti, identitas nasional. Perancis mengajarkan Éducation civique et morale / Instruction civique. Idiologi yang ditanamkan: Sekularisme (laïcité), republik, persamaan. Metode: Pendidikan nilai republik, toleransi, sejarah Revolusi Perancis.

Jerman mengajarkan Politische Bildung (Pendidikan Politik). Idiologi yang ditanamkan: Demokrasi, anti-totalitarianisme, HAM. Metode: Pembelajaran anti-Nazi, pendidikan HAM, kunjungan ke kamp konsentrasi. Rusia mengajarkan Patriotic Education. Idiologi yang ditanamkan: Nasionalisme Rusia, loyalitas pada negara. Metode: Kurikulum patriotik, parade militer, glorifikasi sejarah Soviet.

Korea Selatan mengajarkan Moral Education. Idiologi yang ditanamkan: Demokrasi, kerja sama, identitas nasional. Metode: Kelas etika, penghormatan terhadap sejarah Korea, anti-komunisme. Iran mengajarkan Islamic Education. Idiologi yang ditanamkan: Islam Syiah, loyalitas kepada revolusi Iran. Metode: Kurikulum berbasis ajaran ulama, hafalan ayat, pendidikan revolusi.

BACA JUGA :  Peta Konflik Idiologi Global

Turki mengajarkan Values Education. Idiologi yang ditanamkan: Nasionalisme Turki, Islam moderat, Kemalisme. Metode: Pendidikan sejarah Ottoman dan Atatürk, nilai moral dan agama. India mengajarkan Moral Science. Idiologi yang ditanamkan: Pluralisme, demokrasi, nasionalisme India. Metode: Penguatan toleransi, pembelajaran konstitusi dan kemerdekaan.

Itulah gambaran betapa pentingnya sebuah idiologi bagi eksistensi sebuah bangsa. Keberadaannya ditransformasikan dari generasi ke generasi. Untuk dipedomani sebagai penopang tegaknya peradaban bangsa itu.

Indonesia harus belajar dari masa lalunya sendiri. Juga dari bangsa-bangsa lain. Inkonsistensi terhadap idiologinya akan memudarkan eksistensi peradabannya sendiri. Merosotnya antusiasme terhadap idiologi bangsa sendiri pada era reformasi, telah memperlambat kemajuan bangsa. Indonesia menjadi tertinggal kemajuannya dari bangsa-bangsa lain seperti RRC.

Sementara RRC tidak terputus kesetiannya dari idiologinya sendiri. Ia secara berkelanjutan “mengimani” idiologi bangsanya. Proses pembangunannya terus berkelanjutan tanpa terputus. Ia kini meninggalkan kemajuan Indonesia.

ARS – Jakarta (rohmanfth@gmail.com)