Namun mirisnya, M memaparkan saat ada perkumpulan anggota PKH di pekonnya air minum berupa seperti air mineral tidak ada apa lagi makanan seperti gorengan.
“Tapi setiap kami adakan pertemuan atau kami dikumpulkan ga ada air mineral apa lagi gorengan” papar M.
BACA JUGA: Aparatur Desa Labuhan Ratu Baru, Dilaporkan Tilep Uang Bansos PKH
Sementara Ketua Kelompok PKH Pekon Kelungu, Dinariani saat dikonfirmasi mengaku pungutan yang dilakukan hanya sebesar Rp10 ribu setiap ibu-ibu penerima bantuan PKH, pungutan itu kegunaannya untuk biaya transportasi mondar-mandir.
“Saya mintak hanya Sepuluh Ribu, itupun kegunaannya untuk biaya transportasi, seperti bensin motor saya, karena motor saya tidak bisa diisi dengan air dari siring” kata Dinariani kesal.
Lebih lanjut Dinariani membeberkan alasannya bahwa uang yang dimintanya dari penerima bantuan PKH di pekonnya bukan hanya untuk biaya bensin motornya namun juga untuk biaya kuota Hp-nya.
BACA JUGA: 58 Anak dari Keluarga Penerima PKH di Lampung, Lolos Seleksi PTN
“Dan juga buat kuota HP saya, kan semuanya melalui HP saya, HP saya kan butuh kuota juga. Tapi saya heran juga padahal saya jadi ketua PKH ini sudah cukup lama sejak tahun 2012, tapi kok baru tahun 2023 sekarang ini ada yang komplain tentang setoran ke saya, sedangkan yang dulu-dulu ga ada yang komplain” bebernya
Saat ditanya tentang uang kas, Dinariani juga mengaku, kegunaan uang pungutan dari sejumlah anggota penerima bantuan PKH tersebut bukan untuk uang kas melainkan hanya alasannya saja kepada anggota kelompok penerima bantuan PKH.
“Itukan cuma bahasa saya aja, sebenarnya uang yang mereka setor itu buat biaya transfortasi saya dan buat kuota saya. Saya kan yang memberitahukan mereka kalau dana PKH udah bisa diambil di warung ataupun di link-link yang ada untuk menggeseknya, jadi wajar kalau saya minta sama mereka, kan semuanya saya yang ngurus” tandasnya. (*)