JAKARTA – Pertemuan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dengan sejumlah pengemudi ojek online (ojol) di Istana Wapres, Minggu (31/8), ternyata lebih banyak memantik obrolan soal OOTD ketimbang soal nasib ojol di lapangan.
Alih-alih publik membicarakan apa yang disampaikan, sorotan justru tertuju pada penampilan para ojol yang, maaf terlalu “Instagramable” untuk ukuran pejuang jalanan.
Dalam foto dan video yang beredar, salah seorang pengemudi tampak mengenakan sepatu merah menyala, yang disebut-sebut mirip Air Jordan 1 Low Gym Red. Harga resminya di pasaran: Rp1,8 juta – Rp2,5 juta. Harga itu setara dengan 60 kali orderan GoFood nasi padang plus ongkir.
“Lah, ojolnya lebih style daripada saya yang PNS,” celetuk seorang netizen di Twitter, yang mungkin sudah sebulan menabung hanya untuk beli sandal swallow baru.
Tak berhenti di sepatu, jaket para ojol juga ikut jadi bahan olok-olok. Warnanya masih segar bugar, kayak baru dicuci dengan deterjen iklan televisi. Padahal, biasanya jaket ojol itu identik dengan noda debu jalanan, pudar kena panas, bahkan sobek di bagian lengan karena keseringan nerobos macet.
Akun @Graygazelle nyinyir, “Jaket ojolnya masih baru yaah, kayak keluar dari laundry premium. Mana ada ojol di dunia nyata yang jaketnya nggak bau matahari?”
Yang lain lebih sadis lagi. Akun @zaynduakosong menulis, “Ojolnya keren², pakai celana bahan semua dan ada yang pakai sepatu pantopel. Ini ojol atau panitia seminar nasional?”
Dari Aspirasi ke Panggung Pencitraan
Pertemuan yang katanya dihadiri delapan perwakilan ojol dari Gojek, Grab, Maxim, dan Indrive sejatinya diklaim sebagai forum untuk menyerap aspirasi rakyat kecil. Agenda resmi, ngobrol lebih dari satu jam, lalu menyerahkan catatan tertulis kepada Wapres.
Tapi di ruang publik, yang berkembang malah narasi berbeda. Banyak netizen menduga para ojol yang hadir bukan representasi “ojol asli jalanan”, melainkan casting talent dengan dandan lebih rapi daripada mahasiswa wisuda.
“Kalau kayak gini sih, yang diserap bukan aspirasi, tapi parfum EDP,” tulis seorang warganet dengan nada getir.
Alhasil, alih-alih menghangatkan citra kedekatan pemimpin dengan rakyat, pertemuan ini malah menimbulkan kesan panggung pencitraan politik yang kelewat kaku. Netizen bahkan menyebut acara ini lebih pantas masuk rubrik “fashion week” ketimbang “politik dalam negeri”.
Sederhananya, publik bertanya, kalau mau ngobrol sama ojol beneran, kenapa yang datang justru “model ojol”? Atau jangan-jangan, di era sekarang, perjuangan ekonomi rakyat memang harus tetap fashionable pakai Jordan, jaket kinclong, plus parfum satu semprot biar lebih afdol?
Yang jelas, setelah pertemuan ini, mungkin kita perlu definisi baru, ojol sama dengan ojek online, atau ojek olah penampilan? ***